PTK - Sertifikasi FKIP UNS - Universitas Sebelas Maret
PTK - Sertifikasi FKIP UNS - Universitas Sebelas Maret
PTK - Sertifikasi FKIP UNS - Universitas Sebelas Maret
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
MODUL<br />
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU<br />
(PLPG)<br />
Workshop Penelitian Tindakan Kelas (<strong>PTK</strong>)<br />
FISIKA<br />
Oleh :<br />
Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si<br />
Drs. Supurwoko, M.Si<br />
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113<br />
UNIVERSITAS SEBELAS MARET<br />
SURAKARTA<br />
2011
KATA PENGANTAR<br />
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia yang<br />
telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat terlaksana dengan<br />
baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras penulis dan<br />
partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih<br />
kepada:<br />
1. Rektor <strong>Universitas</strong> <strong>Sebelas</strong> <strong>Maret</strong> Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Rayon<br />
Panitia <strong>Sertifikasi</strong> Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.<br />
2. Dekan <strong>FKIP</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Sebelas</strong> <strong>Maret</strong> Surakarta yang sekaligus selaku Wakil Ketua<br />
Panitia <strong>Sertifikasi</strong> Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.<br />
3. Rekan-rekan Panitia <strong>Sertifikasi</strong> Guru atas kebersamaannya sehingga dalam waktu<br />
singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan penyiapan PLPG,<br />
khususnya penulisan modul.<br />
4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan<br />
Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal baik dan<br />
dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini dapat memberikan manfaat<br />
pada kita, khususnya bagi peserta pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan<br />
kompetensinya.<br />
ii
DAFTAR ISI<br />
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i<br />
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii<br />
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii<br />
BAB I VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 1<br />
BAB II SISTEMATIKA PROPOSAL <strong>PTK</strong> .......................................................... 11<br />
BAB III CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 24<br />
BAB IV BERLATIH MENYUSUN PROPOSAL <strong>PTK</strong> ....................................... 43<br />
BAB V RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN LAPORAN <strong>PTK</strong> ........................... 46<br />
LAMPIRAN - LAMPIRAN .................................................................................. 50<br />
iii
BAB I<br />
VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS<br />
A. Pendahuluan<br />
Saudara adalah guru yang punya banyak pengalaman, baik manis maupun pahit dalam<br />
mengajar. Saudara pasti menginginkan siswayang selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun,<br />
mungkin keinginan Saudara yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan.<br />
Misalnya, mungkin Saudara sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi,<br />
kurang percaya diri, kurang disiplin, Saudara sudah melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi<br />
mungkin hasilnya masih jauh dari yang Saudara inginkan.<br />
Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? mungkin<br />
Saudara ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembangkan<br />
instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini,<br />
harus terjun ke lapangan menemui responden, kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus<br />
menganalisis data dan tersandung masalah statistik, Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah<br />
karena pertanggung jawaban teoretisnya cukup berat.<br />
Mengapa penelitian tindakan tidak sulit ? Karena jenis penelitian tindakan memang berbeda<br />
dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di<br />
kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk<br />
saudara sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan<br />
ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang<br />
cocok untuk para praktisi, termasuk guru.<br />
Persyaratan penelitian tindaan kelas (<strong>PTK</strong>) merupakan kegiatan tindakan perbaikan digarap<br />
secara sistemik untuk meningkatkan yang sudah ada bukan teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang<br />
ada. <strong>PTK</strong> yang dilakukanan guru saat PLPG, harus memperlihatkan sebagai upaya untuk peningkatan<br />
mutu professional guru, sehingga bermakna sebagai bentuk untuk meningkatkan mutu pelayanan<br />
kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siswa, jadi subjeknya harus siswa. Serta harus dilakukan<br />
sendiri oleh guru, bukan minta bantuan orang atau pihak lain.<br />
Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (<strong>PTK</strong>) :<br />
a) Merupakan kegiatan yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar.<br />
b) Terjadi minimum dua siklus sebagai eksperimen berkesinambungan.<br />
c) Siswa diberi pedoman yang jelas agar dapat mengikuti tahapan tiap siklus sehingga ada unjuk kerja<br />
siswa sesuai pedoman tertulis yang diberikan oleh guru.<br />
d) Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.<br />
e) Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.<br />
f) Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi, melibatkan siswa yang dikenai tindakan<br />
1
g) Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya<br />
h) Bukan tindakan untuk materi tetapi mencobakan cara, pendekatan atau metode<br />
i) Jika menyebut topik, harus yang sifatnya luas, berulang<br />
Prinsip perencanaan harus SMART, sebagai akronim dari : Specific-Managable-Acceptable-<br />
Realistic-Time-bound, khusus, dapat di-laksanakan, dapat diterima, terdukung sumber daya, ada<br />
batasan waktu.<br />
B. Definisi <strong>PTK</strong><br />
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk<br />
meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk<br />
meningkatkan situasi pem-belajaran yang menjadi tanggung jawabnya, maka disebut penelitian<br />
tindakan kelas atau <strong>PTK</strong>.<br />
Apakah kegiatan penelitian tindakan kelas (<strong>PTK</strong>) tidak akan mengganggu proses<br />
pembelajaran? Ttidak, karena justru <strong>PTK</strong> dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas<br />
sesuai dengan jadwal.<br />
Apakah penelitian tindakan kelas (<strong>PTK</strong>) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil,<br />
terlokalisasi, dan secara langsung gayut atau relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar.<br />
Apakah subyek dalam <strong>PTK</strong> termasuk murid-murid Saudara? Benar.<br />
Apakah boleh bekerja sama dengan guru lain untuk menjaga kualitas <strong>PTK</strong> ? Benar. Saudara<br />
dapat melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai<br />
kolaborator Saudara.<br />
Karena situasi kelas sangat dinamis maka peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar<br />
kegiatan <strong>PTK</strong> selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada<br />
tercapainya perbaikan. Sehingga dituntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerdijasama dari semua<br />
orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga<br />
betapapun kecilnya perbaikan demi perbaikan dapat diraih. Tindakan dilaksanakan secara terencana,<br />
hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu sebagai dasar kebijakan dalam melakukan<br />
modifikasi.<br />
C. Syarat Keberhasilan <strong>PTK</strong><br />
Agar hasil penelitian tindakan kelas berhasil maka , tim peneliti ialah saudara dan kolaborator<br />
serta murid-murid harus<br />
1. Komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen yang terwujud dalam<br />
keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan <strong>PTK</strong> secara proporsional. Keterlibatan akan mungkin<br />
terwujud jika ada peran dan maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tindakan.<br />
2. Bertanggung jawab pada peningkatan yang akan dicapai.<br />
2
3. Bertindak berdasarkan pada pengetahun, baik pengetahu an secara konseptual dari tinjauan<br />
pustaka teoretis, maupun pengetahuan secara teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis<br />
dan di-padukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan,<br />
berdasarkan nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika<br />
didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui<br />
kelemahan dan atau kekurangan diri.<br />
4. Tindakan perbaikan dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat<br />
diubah ke arah perbaikan.<br />
5. Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui<br />
tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.<br />
6. Secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya<br />
berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang kriteria<br />
sebagai ukuran perbaikan..<br />
7. Perlu dibuat deskripsi otentik objektif bukan penjelasan tentang tindakan yang dilaksanakan dalam<br />
riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan<br />
refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.<br />
8. Perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik yang mencakup<br />
a) Identifikasi makna yang mungkin diperoleh melalui wawasan teoretik yang relevan, pengaitan<br />
dengan penelitian lain misal didukung atau ditolak lewat tinjauan pustaka.<br />
b) Masalah deskripsi terkait yang secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi<br />
terhadap hasilnya<br />
c) Dukungan teorisasi yang memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara<br />
tertentu.<br />
9. Perlu menyajikan laporan hasil <strong>PTK</strong> dalam berbagai bentuk termasuk:<br />
a) Tulisan tentang hasil refleksi diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan<br />
dengan dirinya sendiri;<br />
b) Percakapan tertulis yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut<br />
berupa narasi dan atau bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.<br />
10. Perlu melakukan validasi atas pernyataan tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan<br />
lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti yang berasal dari<br />
data mentah, baik diperoleh sendiri maupun bersama teman sebagai bentuk dari validasi<br />
diri, meminta teman sejawat meneliti dengan masukan yang digunakan sebagai perbaikan<br />
dari validasi sejawat, dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar sebagai<br />
bentuk validasi public. Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain<br />
karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada<br />
perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.<br />
3
D. Tujuan <strong>PTK</strong><br />
Tujuan utama <strong>PTK</strong> adalah untuk mengubah perilaku pengajaran murid di kelas, dan atau<br />
mengubah kerangka kerja dalam melaksanakan pembelajaran kelas Saudara. Jadi, <strong>PTK</strong> lazimnya<br />
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk<br />
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.<br />
<strong>PTK</strong> berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di<br />
ruangan kelas, <strong>PTK</strong> dapat berfungsi sebagai Alat untuk (Cohen & Manion, 1980: 211):<br />
1. Mengatasi masalah situasi pembelajaran di kelas;<br />
2. Dalam-jabatan, membekali keterampilan guru dan metode baru dan mendorong timbulnya<br />
kesadaran guru, khususnya melalui pengajaran sejawat.<br />
3. Memasukkan sistem yang ada dengan pendekatan tambahan.<br />
4. Meningkatkan mutu komunikasi antara guru dan peneliti.<br />
5. Menyediakan pilihan pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas,<br />
diperlukan tiga butir penting :<br />
a) Hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh peneliti dan orang yang menginginkannya.<br />
b) Penelitian terjadi dalam situasi nyata untuk mecahkan masalah segera diperlukan, dan hasilnya<br />
langsung diterapkan dan atau dipraktikkan dalam situasi terkait.<br />
c) Peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.<br />
E. Kriteria Penelitian Tindakan<br />
<strong>PTK</strong> harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian<br />
tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal<br />
dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999).<br />
Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995,<br />
disitir oleh Burns, 1999). Karena <strong>PTK</strong> bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas<br />
demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus<br />
dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan<br />
muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).<br />
1. Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan<br />
berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya Peneliti, guru lain dan atau pakar sebagai kolaborator,<br />
serta murid masing-masing mendapat kesempatan untuk berpendapat apa yang dipikirkan,<br />
dirasakan serta dialami selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup :<br />
a) Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) <strong>PTK</strong> dapat menawarkan pandangannya?<br />
b) Apakah solusi masalah di kelas memberi manfaat kepada mereka?<br />
c) Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Saudara?<br />
4
Semua pemangku kepentingan <strong>PTK</strong> diberi kesempatan dan atau didorong lewat berbagai<br />
cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan dan<br />
sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas peneliti. Misal kasus <strong>PTK</strong> untuk meningkatkan<br />
kualitas proses pembelajaran fisika pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk<br />
melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi<br />
kesempatan dan atau didorong untuk mengungkapkan pendapatnya tentang situasi dan kondisi<br />
pembelajaran fisika di sekolah terkait. Akhirnya diperoleh kesepatakan bahwa memang ada<br />
kekurangan yang perlu diperbaiki atau disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian.<br />
Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah,<br />
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut<br />
untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi<br />
dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua<br />
peserta penelitian untuk mengungkapkan psaudarangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya.<br />
Proses yang mendorong setiap peserta <strong>PTK</strong> untuk mengungkapkan pendapat, gagasan diciptakan<br />
sepanjang penelitian berlangsung.<br />
11. Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam<br />
konteks <strong>PTK</strong>. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga<br />
meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan<br />
pertanyaan baru.<br />
Apa yang mesti dilakukan, bila setelah dilakukan tindakan ditemukan masalahbaru bahwa hanya<br />
sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu<br />
berbicara.<br />
Pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu<br />
pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap,<br />
berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas<br />
hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria<br />
berikutnya.<br />
12. Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat dipenuhi dengan<br />
menjawab sederet pertanyaan berikut:<br />
a) Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksana an <strong>PTK</strong> Saudara? Misalnya,<br />
apakah Saudara dan kolaborator mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya,<br />
Saudara dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang<br />
ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya.<br />
b) Apakah peristiwa atau perilaku dapat dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui<br />
sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau<br />
‘rancu’?<br />
5
Dalam kasus penelitian tindakan kelas fisika peneliti dapat menentukan indikator kelas, siapa yang<br />
aktif, dengan menghitung siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan alat praktikum untuk<br />
memperoleh data lewat tugas praktikum. Jika keaktifan siswa terlalu rendah, guru secara kritis<br />
merefleksi bersama kolaborator untuk mencari penyebabnya dan menentukan cara mengatasinya.<br />
Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuara-kan apa yang dirasakan<br />
sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka<br />
aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa<br />
para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan<br />
tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran<br />
pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan<br />
terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif<br />
yang demokratik.<br />
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas proses<br />
yang diinginkan dan tingkat kemampu -an untuk melakukan pengamatan dan membuat catatan<br />
lapangan. Misal, kualitas proses belajar mengjar (PBM) fisika akan sangat ditentukan oleh<br />
wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) materi fisika (2) ubahan dan alat<br />
percobaan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,<br />
motivasi, tingkat perkembangan siswa terhadap pem-belajaran fisika. Jika wawasan, pengetahuan<br />
dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku<br />
yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat.<br />
Peneliti didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan<br />
pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut<br />
untuk dapat bertindak objektif, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat<br />
ditangkap lewat pancainderanya saja;<br />
Pengamatan peneliti harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa<br />
yang terjadi, dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.<br />
Akan lebih baik jika para peneliti merekam pada kaset audio atau audio-visual sehingga catatan<br />
lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam<br />
pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan<br />
pengumpulan data tentang proses <strong>PTK</strong>.<br />
13. Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Saudara capai realitas kehidupan kelas<br />
Saudara dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Saudara<br />
dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari<br />
perubahan ini.<br />
Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor<br />
penghambat dan pendukung pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown,<br />
6
2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Upaya guru untuk<br />
menghormati siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha<br />
belajar siswa merupakan faktor positif yang medukung proses pembelajaran.<br />
Validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru<br />
yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif sebagai fasilitator dan penolong<br />
serta pemantau kinerja.<br />
Validitas katalitik juga tercermin pada peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar<br />
hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memberi motivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan<br />
diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik dilakukan<br />
melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.<br />
14. Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian<br />
akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk<br />
publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam <strong>PTK</strong> berarti dialog dengan<br />
guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku<br />
<strong>PTK</strong> lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.<br />
Kriteria validitas dialogis dipenuhi saat penelitian masih ber-langsung, yaitu secara beriringan<br />
dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan<br />
pandangan, pendapat, dan atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya<br />
secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk<br />
terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat<br />
validitas dialogik, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika<br />
memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang<br />
dikritisi.<br />
F. Trianggulasi Mengurangi Subjektivitas<br />
Trianggulasi adalah proses validasi yang melibatkan pendapat peneliti, stakeholders dan<br />
pakar. Untuk meningkatkan validitas <strong>PTK</strong> dengan meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi.<br />
Saudara sebagai pelaku <strong>PTK</strong> dapat menggunakan metode saudara dan perspektif kolaborator untuk<br />
memperoleh gambaran yang lebih objektif.<br />
Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi<br />
peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164).<br />
1. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda,<br />
meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin<br />
bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses<br />
pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan<br />
siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali.<br />
7
2. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa<br />
peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian<br />
dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.<br />
3. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang<br />
berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran fisika, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang<br />
penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut.<br />
4. Trianggulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun<br />
oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan<br />
motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan<br />
konstruktivis.<br />
G. Reliabilitas<br />
Reliabilitas data <strong>PTK</strong> Saudara secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk<br />
terus berubah dan proses <strong>PTK</strong> bersifat transformatif tanpa kendali apapun secara alami sehingga sulit<br />
untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai<br />
dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak<br />
mungkin atau tidak baik dilakukan dalam <strong>PTK</strong>. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan<br />
dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan<br />
terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu<br />
tumpuan reliabilitas <strong>PTK</strong>. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas <strong>PTK</strong> termasuk: menyajikan<br />
(dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian<br />
dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan<br />
kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.<br />
H. Kelebihan dan Kekurangan <strong>PTK</strong><br />
<strong>PTK</strong> memiliki kelebihan untuk menumbuhkan :<br />
1. Rasa memiliki melalui kerja sama dalam <strong>PTK</strong>;<br />
2. Kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif evaluatif dalam<br />
<strong>PTK</strong>;<br />
3. Kerja sama ada saling merangsang untuk berubah;<br />
4. Kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam <strong>PTK</strong>.<br />
<strong>PTK</strong> Saudara juga memiliki kelemahan:<br />
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak<br />
berurusan dengan hal-hal praktis,<br />
2. Rendahnya efisiensi waktu karena peneliti harus terlibat dalam proses sementara dan harus<br />
melakukan tugas rutin.<br />
8
3. Menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan<br />
keinginan anggota.<br />
I. Persyaratan Keberhasilan <strong>PTK</strong><br />
Agar <strong>PTK</strong> berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi<br />
1. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri;<br />
2. Kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru;<br />
3. Dorongan untuk mengemukakan gagasan baru;<br />
4. Waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan;<br />
5. Kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat;<br />
6. Pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.<br />
J. Penelitian Tindakan Kolaboratif<br />
Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam <strong>PTK</strong> karena <strong>PTK</strong> yang<br />
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat <strong>PTK</strong> itu sendiri :<br />
1. <strong>PTK</strong> sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilaku kan oleh sekelompok peneliti<br />
melalui kerja sama dan kerja bersama,<br />
2. <strong>PTK</strong> kolaorasi dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara<br />
kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis<br />
3. Optimalisasi fungsi <strong>PTK</strong> kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan<br />
semua orang yang terlibat dalam situasi terkait<br />
4. Pengaruh langsung hasil <strong>PTK</strong> pada Saudara sebagai guru dan murid-murid Saudara serta sekaligus<br />
pada situasi dan kondisi yang ada.<br />
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa;<br />
sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat<br />
dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan<br />
peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru<br />
bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).<br />
Tiga tahap <strong>PTK</strong> kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999: 207-<br />
208).<br />
1. Prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam <strong>PTK</strong> kolaborasi :<br />
a) <strong>PTK</strong> hendaknya ditarik dari kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh<br />
semua pihak yang terlibat dalam konteks pembelajaran di kelas atau sekolah Saudara;<br />
b) <strong>PTK</strong> hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan guru dan<br />
sejawat;<br />
9
c) <strong>PTK</strong> hendaknya terpusat pada masalah pembelajaran kelas, yang ditemukan dalam kenyataan<br />
sehari-hari. Namun demikian hasil <strong>PTK</strong> dapat untuk memberikan masukan pengembangan<br />
teori pembelajar an bidang studi saudara;<br />
d) <strong>PTK</strong> hendaknya menggunakan metodologi yang ditentukan dengan mempertimbangkan<br />
persoalan pembelajaran kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan siswa sebagai<br />
sasaran penelitian.<br />
2. Pelaksanaan yang perlu dipertimbangkan dalam <strong>PTK</strong> kolaborasi :<br />
a) <strong>PTK</strong> hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan,<br />
metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Saudara negosiasikan dengan pemangku<br />
kepentingan (stakeholders) terutama peneliti, sejawat, siswa, dan kepala sekolah sebagai<br />
dukungan kebijakan.<br />
b) <strong>PTK</strong> hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan<br />
pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi,<br />
dan sosiologi serta budaya. Jadi Saudara dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau<br />
dosen L<strong>PTK</strong> yang relevan.<br />
3. Diseminasi yang perlu dipertimbangkan dalam <strong>PTK</strong> kolaborasi<br />
a) Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens<br />
sasaran adalah guru di SD, misalnya, berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik<br />
guru di universitas.<br />
b) Gunakan jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan saudara<br />
untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian dilakukan<br />
lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.<br />
Kelebihan dan kelemahan <strong>PTK</strong> kolaborasi :<br />
Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik<br />
pendidikan sebagai umpan balik ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis.<br />
Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai<br />
masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang<br />
dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif<br />
kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.<br />
Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan<br />
yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan<br />
keseluruhan. Kelemahan terbesar <strong>PTK</strong> kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan<br />
kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda.<br />
10
BAB II<br />
SISTEMATIKA PROPOSAL <strong>PTK</strong><br />
<strong>PTK</strong> dilakukan untuk mengubah perilaku peneliti, sejawat dan murid saudara, atau mengubah<br />
kerangka kerja, proses pembelajaran, Singkatnya, <strong>PTK</strong> dilakukan untuk meningkatkan praktik<br />
pembelajaran di kelas. Contoh-contoh bidang garapan <strong>PTK</strong>:<br />
a) Metode mengajar, mengganti metode tradisional dengan penemuan;<br />
b) Prosedur evaluasi, untuk meningkatkan metode dalam penilaian yang kontinyu.<br />
c) Penanaman sikap dan nilai menjadi lebih positif terhadap aspek kehidupan yang berlaku dalam<br />
masyarakat.<br />
d) Pengembangan profesional guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan<br />
metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri<br />
bahwa mengajar memerlukan profesionalisme.<br />
e) Pengelolaan dan kontrol,bertahap pada teknik modifikasi perilaku.<br />
f) Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.<br />
A. Judul<br />
Judul penelitian tindakan kelas (<strong>PTK</strong>) hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat sebagai<br />
system perlakuan sebagai bentuk tindakan yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah.<br />
Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan<br />
sosok <strong>PTK</strong>.<br />
Latihan : Tulislah judul <strong>PTK</strong> yang saudara usulkan<br />
……………………………………………………………………………………………...……………<br />
…………………………………………………………………………………………...………………<br />
……………<br />
Teliti apakah usulan judul <strong>PTK</strong> telah mencantumkan<br />
a) Tujuan atau tindakan yang akan dilakukan<br />
b) Cara menyelesaikan masalah (solusi)<br />
c) Tempat penelitian dilaksanankan (seting)<br />
d) Susunan kalimat jelas dan benar<br />
B. Bidang Ilmu<br />
Nyatakan bidang ilmu yang saudara ingin teliti, misalnya fisika jika penelitian berkaitan erat<br />
dengan pemahaman konsep, prinsip atau hukum dari materi fisika.<br />
11
C. Bidang Kajian<br />
Nyatakan bidang kajian yang berkaitan dengan tindakan yang akan saudara lakukan sebagai<br />
bentuk penyelesaian masalah diajukan. Misal pendidikan fisika, jika membahas tindakan yang<br />
berkaitan dengan proses belajar mengajar fisika.<br />
D. Latar Belakang Masalah<br />
Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah<br />
mengidentifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus<br />
dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan<br />
seorang fasilitator supaya mereka betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa<br />
kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran<br />
komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan<br />
keadaan yang diinginkan.<br />
Masalah yang diangkat hendaknya bersifat tematik dan dapat diidentifikasi dengan<br />
pertolongan tabel dua arah, model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur<br />
dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada (Schab, 1969)<br />
yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses<br />
belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti perlu<br />
memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut.<br />
Kriteria dalam penentuan masalah:<br />
1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi<br />
pengembangan lembaga atau program;<br />
2. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang<br />
memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama.<br />
3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab<br />
dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada<br />
berdasarkan fenomena dangkal.<br />
Tabel 3.1. Pola Pelatihan SEQIP<br />
Penataran SEQIP pada guru SD Jam 7 pagi, 15 Juni 2004,<br />
guru SD duduk di meja yang telah disiapkan. Dosen memberi salam,<br />
uru menjawab,<br />
Dosen mengisi air pada bak transparan dengan air, guru SD<br />
diminta mengamati tenggelam terapungnya berbagai jenis benda<br />
dalam air : batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin.<br />
Dosen bertanya pada guru SD, simpulkan hasil pengamatan<br />
bapak/ibu. Jawaban guru dirangkum sebagai berikut : Tenggelam<br />
12
terapungnya benda dalam air tergantung pada<br />
1) Berat benda<br />
2) Masa jenis<br />
3) Berat jenis<br />
4) Batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin<br />
Diskusi dipimpin dosen untuk konfirmasi jawaban 1 s/d 4 :<br />
1) Apakah yang dimaksud massa jenis ? jawab massa/volume<br />
2) Apakah yang dimaksud berat jenis ? jawab berat/volume<br />
3) Apakah kita menimbang benda ? jawab tidak<br />
4) Apakah kita membaca atau menyimpulkan ? jawab membaca<br />
Pikirkan kembali jawaban bapak/ibu, setelah beberapa waktu<br />
sekitar 15 menit bapak/ibu guru dapat menyimpulkan : “tenggelam<br />
terapungnya suatu benda dalam air tegantung pada jenis benda”.<br />
Dosen bertanya pada guru SD, ketika tadi saudara menjawab<br />
pertanyan memerlukan waktu 15 menit, kira-kira berapa lama murid<br />
saudara mejawab pertanyaan tadi ?.... guru terdiam ..ya lebih lama.<br />
Tetapi ada jawaban guru yang dramatis ….”tidak ada 1 menit”<br />
karena hanya diberi ceramah metode “dektesion”…. Ha.haha…..<br />
Akhirnya dosen berhasil menyadarkan guru SD “ diperlukan<br />
perbaikan dalam proses belajar mengajar IPA di SD”<br />
Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam model<br />
Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya<br />
kualitas pembelajaran IPA di SD ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan proses<br />
pembelajaran IPA, diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran<br />
IPA di kelas. Sebagai contoh, cuplikan proses pembelajaran bermasalah tersebut disajikan dalam<br />
Tabel 3.1 :<br />
Seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.1, Dosen sebagai penatar telah melibatkan guru SD dalam<br />
kegiatan penataran PBM IPA di SD. Meng-gunakan keterampilan proses. suasana terbuka setiap<br />
peserta pe-nataran mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu<br />
saja masalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu; biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti<br />
bersama kolaborator-nya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus<br />
pengajaran IPA pola SEQIP melibatkan DINAS, Kepalasekolah, guru SD induk dan SD imbas sebagai<br />
kolaborator. Setelah ditentukan, masalah perlu dirumuskan.<br />
Latar belakang masalah hendaknya menguraikan urgensi atau perlunya penanganan rmasalah<br />
yang ditemukan dalam <strong>PTK</strong>. Tunjukkan fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan<br />
13
guru selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung maupun dari kajian pustaka dan atau hasil<br />
penelitian sebelumnya sebagai dukungan yang akan lebih menguatkan argumentasi mengenai penting<br />
serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui <strong>PTK</strong> yang diusulkan.<br />
Karakteristik khas <strong>PTK</strong> yang diusulkan jadikan sesuatu yang sangat penting dan perlu<br />
dilakukan, yakinkan bahwa proposal saudara berbeda dari penelitian yang telah dilakukan, hendaknya<br />
peneliti mampu menguraikan keistimewaan <strong>PTK</strong> pada latar belakang masalah.<br />
Beri uraian makna atau penjelasan kalimat yang digunakan dalam judul penelitian tindakan<br />
kelas, sebagai sarana untuk menyatakan identifikasi masalah yang secara spesifik akan diselesaikan.<br />
Latihan : Mencermati masalah<br />
a) Kemukakanlah masalah atau kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan KBM fisika<br />
berkaitan dengan penggunaan media, strategi, model, lingkungan belajar, sistem penilaian<br />
.…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
……….<br />
b) Pilihlah salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
…………..<br />
c) Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera di carikan<br />
pemecahannya!………………………………………………………………………………………<br />
…………...…………………………………………………………………………………………<br />
………<br />
d) Analisislah penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
…………..<br />
e) Pilihlah salah satu pemecahan masalah yang paling urgent, bertolak dari hasil analisis dan<br />
didasarkan pada TEORI tertentu.<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
…………..<br />
E. Perumusan Masalah<br />
Masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan<br />
yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat dirumuskan. Pada intinya, rumusan masalah<br />
harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.<br />
14
Latar belakang masalah biasanya mempunyai cakupan yang sangat luas, sehinga harus<br />
diidentifikasi dan dibatasi agar mampu di angkat atau memperjelas masalah yang diusulkan untuk<br />
ditangani me-lalui <strong>PTK</strong>, kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam kalimat tanya pada rumusan<br />
masalah.<br />
Masalah hendaknya benar–benar di angkat dari uraian latar belakang masalah yang<br />
ditemukan dari keseharian masalah di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui<br />
<strong>PTK</strong>. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis<br />
metodologik di luar jangkauan <strong>PTK</strong>.<br />
Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang<br />
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran<br />
permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah nyata.<br />
Tabel 3.2. Masalah dan Rumusan Masalah<br />
No. Masalah Rumusan Masalah<br />
1 Rendahnya kemampu<br />
an mahasiswa mengajukan<br />
pertanyaan<br />
kritis<br />
2 Rendahnya keterlibat<br />
an siswa dlm proses<br />
pembelajaran Fisika<br />
3 Rendahnya kualitas<br />
pengelolaan interaksi<br />
guru-siswa-siswa<br />
4 Rendahnya kemandiri<br />
an siswa belajar<br />
fisika di suatu SMA ?<br />
Bagaimana melakukan tindakan pada<br />
mahasiswa semester V agar mampu<br />
bertanya secara kritis, bukan sekedar<br />
bersifat klarifikasi<br />
Apakah pola pembelajaran fisika berstruktur<br />
ilmiah mampu mengubah keterlibatan<br />
siswa yg pasif menjadi aktif<br />
Apakah metode diskusi berstruktur<br />
ilmiah mampu mengaktifkan interaksi<br />
guru-siswa-siswa<br />
Apakah pendekatan proses pada pembelajaran<br />
fisika mampu meningkatkan<br />
kemandirian belajar fisika ?<br />
Daftar pertanyaan dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejalagejala<br />
yang perlu diteliti. Kemampuan untuk melihat kekurangan diri merupakan salah satu<br />
persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan kelas. Beri komentar tntang pernyataan dari Isaac<br />
Newton seperti dikutip di bawah ini :<br />
I don’t know what I may appear to the world, but to myself I seem to have been only a<br />
boy playing on the sea-shore, and diverting myself in now and again finding a smother pebble or<br />
the prettier shell than ordinary, whilst the great ocean of truth lay all undiscovered before me. (<br />
dalam Kemmis dan McTagart, 1988: 99)<br />
(Saya tidak tahu bagaimana saya ini tampak di dunia, tetapi saya sendiri merasa hanyalah<br />
seorang bocah laki-laki yang bermain di pantai, dan lari mondar-mandir ke segala arah dari<br />
waktu ke waktu untuk menemukan batu kecil yang lebih halus atau kerang yang lebih cantik dari<br />
biasanya, sementara samudera kebenaran terbentang di depanku penuh rahasia).<br />
15
Rumusan masalah harus dikunci secara jelas, hingga akan dapat memudahkan cara dan ukuran<br />
keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam penelitian.<br />
Latihan merumuskan masalah :<br />
a) Deskripsi rumusan masalah yang Anda hadapi<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
…………..<br />
b) Apakah deskripsi masalah saudara telah :<br />
o Disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala yang di-hadapai sewaktu melaksanakan<br />
KBM ?<br />
o Memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan?<br />
o Memuat hasil analisis masalah?<br />
o Memuat tentang refleksi awal?<br />
o Mengikuti aturan kalimat Tanya?<br />
o Mencerminkan judul penelitian yang saudara ajukan<br />
F. Cara Pemecahan Masalah<br />
Cara Pemecahan Masalah (hipotesis tindakan) menjelaskan cara yang diajukan untuk<br />
memecahkan masalah yang dihadapi, pilihan pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai<br />
landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Harus menjelas-kan<br />
tentang kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan atau<br />
peningkatan implementasi program pem-belajaran dan atau berbagai program sekolah lainnya. Juga<br />
harus di-cermati artikulasi kemanfaatan <strong>PTK</strong> yang lebih menekankan tindakan perbaikan<br />
pembelajaran dalam kelas.<br />
Hipotesis penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, Rumusan hipotesis<br />
tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Maka<br />
untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang<br />
prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai<br />
menemukan prosedur tindakan yang dianggap paling tepat.<br />
Tabel 3.3: Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan<br />
N Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan<br />
1 Rendahnya<br />
kemampuan<br />
mhs mengajukan<br />
pertanyaan<br />
Bagaimana melakukan<br />
tindakan pada mhs agar<br />
mampu bertanya secara<br />
kritis, bukan sekedar<br />
Bertanya secara kritis akan<br />
muncul dari mhs jika diberi<br />
tenggat waktu yg cukup<br />
untuk mengajukan<br />
kritis bersifat klarifikasi<br />
2 Rendahnya Apakah pola pembelajar Proses pembelajaran fisika<br />
16
keterlibatan<br />
siswa dlm<br />
proses pembe<br />
lajaran fisika<br />
3 Rendahnya<br />
kualitas<br />
pengelolaan<br />
interaksi guru<br />
-siswa-siswa<br />
4 Rendahnya<br />
kemandiri an<br />
siswa belajar<br />
fisika di<br />
suatu SMA ?<br />
an fisika berstruktur<br />
ilmiah mampu mengubah<br />
keterlibatan siswa<br />
yg pasif menjadi aktif<br />
Apakah metode diskusi<br />
berstruktur ilmiah<br />
mampu mengaktifkan<br />
interaksi guru-siswasiswa<br />
Apakah pendekatan<br />
proses pada pembelajaran<br />
fisika mampu<br />
meningkatkan kemandiri<br />
an belajar fisika ?<br />
berstruktur ilmiah mampu<br />
mengubah keterlibatan<br />
siswa yg pasif menjadi aktif<br />
Metode diskusi berstruktur<br />
ilmiah mampu mengaktifkan<br />
interaksi guru-siswasiswa<br />
Pendekatan proses pada<br />
pembelajaran fisika mampu<br />
meningkatkan kemandirian<br />
belajar fisika ?<br />
Dalam menimbang berbagai prosedur sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau<br />
orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau<br />
sebelumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Lihat tabel 3.3<br />
Contoh lain dari hipotesis tindakan :<br />
Situasi kelas yang mempunyai siswa sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan<br />
analisis masalah peneliti menyimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam<br />
memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks<br />
perlu ditingkatkan.<br />
Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut : “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan<br />
lewat teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan<br />
ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat pula kecepatan membacanya.<br />
Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis<br />
tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakan belum seperti yang diinginkan, peneliti<br />
harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya.<br />
Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan<br />
hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi<br />
merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat<br />
kualitasnya.<br />
Latihan Cara Memecahkan Masalah :<br />
a) Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
………………………………………………………………………………………………………..<br />
.…………<br />
b) Apakah pemecahan masalah yang diajukan memenuhi rambu :<br />
o Apakah ada pilihan pemecahan masalah?<br />
17
o<br />
o<br />
Apakah pilihan pemecahan masalah berdasarkan teori tertentu?<br />
Apakah pilihan pemecahan masalah bertolak dari hasil analisis?<br />
G. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian<br />
Tujuan <strong>PTK</strong> hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan<br />
perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam<br />
bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan <strong>PTK</strong> berbeda dari tujuan formal.<br />
Sebagai contoh dapat dikemukakan <strong>PTK</strong> di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa<br />
dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan<br />
sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM<br />
baru bukan merupakan rumusan tujuan <strong>PTK</strong>. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat<br />
diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.<br />
Disamping tujuan <strong>PTK</strong>, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam<br />
hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya<br />
bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil <strong>PTK</strong>, di samping bagi guru pelaksana<br />
<strong>PTK</strong>, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen L<strong>PTK</strong> sebagai pendidik guru. Berbeda dari<br />
konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak<br />
merupakan prioritas dalam konteks <strong>PTK</strong>, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.<br />
H. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan<br />
Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti<br />
perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang<br />
akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya<br />
mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori<br />
dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat<br />
keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung<br />
proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis<br />
tindakan atau pertanyaan penelitian.<br />
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang<br />
dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan<br />
itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju <strong>PTK</strong> sendiri nyang relevan<br />
maupun pelaku – pelaku <strong>PTK</strong> lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai<br />
kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras<br />
kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.<br />
Latihan Menyebutkan kajian Pustaka :<br />
a) Nyatakan kajian pustaka yang digunakan :<br />
18
………………………………………………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………………………………………………<br />
………<br />
b) Apakah kajian pustaka :<br />
o Disusun menurut urutan abjad pengarang,<br />
o Relevan dan dipergunakan dalam penelitian.<br />
o Hasil unduhan dari dunia maya<br />
I. Rencana Penelitian<br />
1. Setting Penelitian<br />
Sebutkan tempat penelitian, kelas berapa, karakteristik dari kelas seperti komposisi siswa pria dan<br />
wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan<br />
dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti fisika kelas X SMA atau<br />
IPA kelas IX SMP juga dikemukakan pada bagian ini.<br />
2. Variabel yang diselidiki<br />
Tentukan variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk men-jawab permasalahan yang<br />
dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa<br />
a) Variabel input terkait dengan siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi,<br />
lingkungan belajar, dan lain sebagainya;<br />
b) Variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya,<br />
guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di<br />
kelas, dan sebagainya,<br />
c) Varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan<br />
pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang<br />
telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.<br />
3. Rencana Tindakan<br />
Gambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran :<br />
a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan <strong>PTK</strong> yang diprakarsai<br />
seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah.<br />
Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat dalam rangka implementasi <strong>PTK</strong>, dan lain<br />
lain yang terkait dengan pelaksana-an tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.<br />
Uraikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diuraikan alternative solusi yang akan<br />
dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen<br />
L<strong>PTK</strong> juga dikemukakan pada bagian ini.<br />
b) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan<br />
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.<br />
19
c) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data<br />
mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.<br />
d) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan<br />
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel<br />
yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.<br />
4. Data dan cara pengumpalannya<br />
Tunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses<br />
maupun dampak tindakan per-baikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk<br />
menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan tindakan perbaik -an pembelajaran yang<br />
dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.<br />
Teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui<br />
pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas termasuk<br />
berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan, penggambaran<br />
interaksi dalam kelas atau analisis sosiometrik, pengukuran hasil belajar dengan berbagai<br />
prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data <strong>PTK</strong> ini<br />
tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku <strong>PTK</strong>, Para guru juga harus aktif sebagai<br />
pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.<br />
Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian<br />
kelaikan yang cermat dalam konteks <strong>PTK</strong> yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja<br />
memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman<br />
data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis<br />
dan interpretasi data.<br />
5. Indikator Kinerja<br />
Keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan<br />
verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui <strong>PTK</strong> yang bertujuan mengurangi salah konsep<br />
siswa.<br />
Misal perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pe-ngurangan jumlah jenis dan atau<br />
tingkat kegawatan dari mis-konsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak<br />
dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.<br />
Latihan Membuat Rencana Penelitian :<br />
a) Seting penelitian<br />
……………………………………………………………………………………………<br />
……………………………………………………………………………………………<br />
……………<br />
b) Apakah seting penelitian telah berisi tentang<br />
o Lokasi sekolah,<br />
o Kelas berapa,<br />
20
o Jumlah siswa,<br />
o Komposisi siswa,<br />
o Situasi lingkungan siswa,<br />
o Lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)<br />
c) Indikator keberhasilan;<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…<br />
d) Apakah indikator keberhasilan<br />
o yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan,<br />
o berupa gradasi seperti : 80-100 : A, 60-79 : B, 40-59 : C, 20- 39 : D, 0-19 : E<br />
o Kalau kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa<br />
dijadikan sebagai acuan,<br />
e) Gambaran umum penelitian (siklus tindakan);<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…<br />
f) Apakah tindakan tiap siklusnya berupa kegiatan :<br />
o Perencanaan,<br />
o Pelaksanaan,<br />
o Pengamatan<br />
o Refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan<br />
tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.<br />
g) Instrumen yang digunakan,<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…………………………………………………………………………………………<br />
…<br />
h) Apakah instrument yang digunakan menunjukkan adanya<br />
o Pedoman observasi,<br />
o Format observasi,<br />
o Alat perekam,<br />
o Pelaksana observasi<br />
J. Jadwal Penelitian<br />
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari<br />
awal sampai akhir.<br />
K. Tim Peneliti Dan Tugasnya<br />
Cantumkan nama ketua dan anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim<br />
peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.<br />
L. Rencana Anggaran<br />
1. Komponen Pembiayaan<br />
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan<br />
penelitian, dan pelaporan.<br />
21
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :<br />
a) Persiapan<br />
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan<br />
jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format<br />
pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.<br />
b) Kegiatan operasional di lapangan<br />
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis<br />
hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan,<br />
observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan<br />
tindakan ulang, dan sebagainya.<br />
c) Penyusunan Laporan Hasil <strong>PTK</strong><br />
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review<br />
konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar<br />
nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah<br />
penggandaan dan pengiriman laporan hasil <strong>PTK</strong>, serta pembuatan artikel hasil <strong>PTK</strong> dalm<br />
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris<br />
d) Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan<br />
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari<br />
metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus<br />
jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output<br />
yang diharapkan. Patokan pembiayaan satuan kegiatan <strong>PTK</strong><br />
o Honorarium<br />
1) Ketua Peneliti<br />
2) Anggota tim peneliti<br />
3) Tenaga Administrasi<br />
4) Besarnya honorarium tergantung sumber pandanaan<br />
o Bahan dan Peralatan penelitian<br />
1) Bahan habis pakai<br />
2) Alat habis<br />
3) Sewa alat<br />
o Perjalanan<br />
1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan<br />
2) Transportasi local sesuai harga setempat<br />
3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan<br />
4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari<br />
5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari<br />
22
o Laporan Penelitian<br />
1) Penggandaan<br />
2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris<br />
3) Pengiriman<br />
o Seminar<br />
1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan<br />
harga setempat<br />
2) Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen L<strong>PTK</strong> dan satu guru pelaku<br />
<strong>PTK</strong>)<br />
M. Daftar Pustaka<br />
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar<br />
relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.<br />
N. Lampiran<br />
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti yang memuat<br />
identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah<br />
pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian<br />
termasuk di <strong>PTK</strong>.<br />
Lampirkan pula sesuatu yang dapat memperjelas karakteristik pelaksanaan <strong>PTK</strong> yang<br />
diusulkan, missal dapat berupa struktur atau format pembelajaran, cara pengamatan, model penilaian<br />
dan sebagainya.<br />
23
BAB III<br />
CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS<br />
A. Judul Penelitian :<br />
Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur<br />
Pembelajaran Ilmiah<br />
B. Bidang Ilmu :<br />
Pendidikan Fisika<br />
C. Bidang Kajian<br />
Masalah pembelajaran “Micro Teaching”, yang berkaitan dengan pendekatan dan metode<br />
mengajar Fisika yang memenuhi kaidah pembelajaran ilmiah.<br />
D. Latar Belakang Penelitian<br />
Sejalan dengan visi, misi dan tujuan <strong>Universitas</strong>, maka visi, misi dan tujuan, serta strategi dan<br />
priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan visi dan misi fakultas (<strong>FKIP</strong>) sebagai<br />
berikut:<br />
Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru P. Fisika plus<br />
(tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional<br />
serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu mengantisipasi<br />
perkembangan tuntutan masyarakat dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah :<br />
Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan<br />
(guru) Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga mampu<br />
mengantisipasi perkembangan IPTEK di era global.<br />
Kekuatan yang dimiliki jurusan PMIPA saat ini ialah dengan berhasil meraih program Hibah<br />
A1 yang diikuti oleh Prodi Fisika, Matematika dan Kimia sehingga dapat digunakan untuk<br />
memperbaiki ruang “micro teaching” dan perlengkapannya.<br />
Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan yang<br />
sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan kemampuan tersebut dapat<br />
dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak<br />
nampak struktur dan proses pembelajaran secara ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss<br />
Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa<br />
hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk<br />
memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama ialah<br />
motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan konstruksi (4), percobaan<br />
(5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)<br />
24
Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah Lanjutan yang menuntut<br />
model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP)<br />
“micro teaching” yang sesuai kaidah pembelajaran ilmiah.<br />
Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis, rasional dapat<br />
dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap valid dan reliabel<br />
merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan karena<br />
merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Tetapi dalam kegiatan belajar<br />
mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara benar, salah satu kelemahan karena dosen<br />
bukan merupakan model pelaksana metode pembelajaran yang baik.<br />
Jamzuri (2006), pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) “Micro Teaching”<br />
menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi sturuktur pembelajaran ilmiah<br />
dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada kuliah “micro teaching” .<br />
Contoh 1, Tarik kesimpulan data pada tabel 1 :<br />
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda<br />
Jenis Keadaan benda Di Air<br />
Kesalahan Dalam<br />
No Benda Tenggelam Terapung<br />
Menarik Kesimpulan<br />
(1) (2) (3) (4) (5)<br />
1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dlm air<br />
2 Kaca V<br />
tergantung pada<br />
3 Kayu V o Beratbenda..........20 %<br />
4 Gabus V o Berat jenis benda...0 %<br />
5 Batu V<br />
o Volume benda.....10 %<br />
Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan tabel 1, dapat dibenar -kan dalam waktu sekitar 10<br />
menit setelah mahahasiswa ditanya tentang :<br />
Apakah saudara menimbang berat dan mengukur volume benda ? Sehingga mahasiswa sadar bahwa ia<br />
tidak menyimpulkan berdasarkan data yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa<br />
Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis benda.<br />
Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode “bermain peran” dosen tidak melaksanakan<br />
secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain peran, bukan melaksanakan<br />
metode “bermain peran” saat kuliahnya. Dalam melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih<br />
berperan dalam ceramahnya.<br />
Berdasarkan contoh menarik kesimpulan dan penerapan metode mengajar tersebut dapat<br />
dinyatakan bahwa diperlukan Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang<br />
Memenuhi Kaidah Nilai Pembelajaran Ilmiah menjadi bagian yang perlu dilakukan.<br />
Tindakan yang diperlukan meliputi Penjelasan 8 Struktur pem-belajaran dan aplikasi<br />
Pembelajaran Ilmiah dalam “Micro Teaching” Salah satu indikator yang terkait kuat dengan<br />
keberhasilan mencetak guru fisika yang profesional adalah kegiatan“micro teaching“ sebagai kesiapan<br />
mengajar di sekolah lanjutan dalam bentuk kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Sehingga<br />
25
Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) yang berjudul Peningkatan Kualitas<br />
Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah menjadi<br />
bagian yang sangat perlu dilakukan.<br />
E. Rumusan Masalah<br />
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi<br />
struktur pembelajaran ilmiah ?<br />
2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi<br />
struktur pembelajaran ilmiah ?<br />
3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur<br />
pembelajaran ilmiah ?<br />
F. Cara Memecahkan Masalah<br />
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat<br />
memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?<br />
Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan :<br />
a) Diadakan pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan.<br />
b) Dibentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d 12 mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing<br />
2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi<br />
struktur pembelajaran ilmiah ?<br />
Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa :<br />
a) Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah.<br />
b) Dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat<br />
c) Pembimbing mengevaluasi refleksi mahasiswa.<br />
3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi<br />
Struktur pembelajaran ilmiah ?<br />
Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa :<br />
a) Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah<br />
b) Menyusun petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah<br />
Langkah penyelesaian masalah dirinci pada metodologi penelitian<br />
G. Tujuan Penelitian<br />
Berdasarkan rumusan masalah Apakah tindakan yang dilakukan, bagaimana model<br />
pembimbingan dan bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat<br />
memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah; Maka tujuan penelitian adalah :<br />
26
1. Melakukan tindakan kuliah “micro teaching” di P.Fisika untuk memenuhi struktur pembelajaran<br />
ilmiah ?<br />
2. Membuat model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi struktur<br />
pembelajaran ilmiah ?<br />
3. Membuat bentuk evaluasi kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi Struktur<br />
pembelajaran ilmiah ?<br />
H. Manfaat Penelitian<br />
1. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika.<br />
2. Meningkatkan mutu pembelajaran “micro teaching”.<br />
3. Meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah<br />
pembelajaran “micro teaching”<br />
4. Mempersiapkan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.<br />
I. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan<br />
1. Reflective Teaching<br />
Prof Dr Joko Nurkamto ( <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong> ) dalam pengukuhan guru besar mengemukakan<br />
pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan<br />
ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan<br />
belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama<br />
yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.<br />
Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi<br />
dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: (1) merencanakan<br />
program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai<br />
kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian<br />
kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto,<br />
1993). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena<br />
memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan<br />
yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang<br />
kreatifdan imajinatif.<br />
Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan<br />
secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas (Raka Joni, 1992).<br />
Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat<br />
disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke, 2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai<br />
"that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of<br />
the reasons that support it and the further consequences to which it leads". Apabila diterapkan dalam<br />
pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan<br />
oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan<br />
27
membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara<br />
benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk<br />
memperbaiki kinerjanya.<br />
Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan<br />
praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan<br />
keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab<br />
(responsibility) (Dewey, 1996).<br />
Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi,<br />
analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajarmengajar<br />
di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes,<br />
rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan<br />
guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi<br />
menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajarmengajar<br />
di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang<br />
telah dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1).<br />
Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki<br />
perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu<br />
meningkatkan profesionalismenya.<br />
2. Struktur Pembelajaran Ilmiah<br />
Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg<br />
1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP (Science Education Quality<br />
Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu<br />
memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan<br />
tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama<br />
a. Motivasi<br />
e. Percobaan<br />
b. Penjabaran masalah<br />
f. Kesimpulan<br />
c. Penyusunan Opini<br />
g. Abstraksi<br />
d. Perencanaan dan konstruksi h. Konsolidasi<br />
Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang<br />
akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi<br />
terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masingmasing<br />
langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau<br />
saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara<br />
masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan<br />
kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-langkah “konstruksi”<br />
“kesimpulan” dan “Abstraksi” kadang dapat diabaikan sama sekali.<br />
28
Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang<br />
berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran.<br />
Misalnya langkah-langkah dua sampai lima<br />
Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara<br />
mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai<br />
langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang<br />
ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :<br />
a) Langkah Motivasi<br />
Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa<br />
ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan<br />
tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu<br />
berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit<br />
pendidikan.<br />
Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh<br />
kepribadian guru dan latar belakang kelas. dapat dipilih dari lima katagori :<br />
1) Motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa<br />
o Laporan pengalaman pribasi siswa,<br />
o Instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan<br />
rumah.<br />
o Berita surat kabar, radio , TV<br />
o Masalah yang berasal dari lingkup perhatian siswa.<br />
2) Motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru<br />
3) Konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk men-jelaskan masalah yang saling<br />
bertentangan.<br />
4) Motivasi melalui ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita,<br />
deskripsi atau kunjungan ke musium<br />
5) Motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah<br />
Misal penemuan tentang kemagnetan dari “Orsted” atau berita ilmiah tentang penemuan sinar<br />
X pada zaman dulu<br />
6) Motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi<br />
Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda<br />
7) Motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya<br />
Motivasi yang paling efektif kalau mengandung komponen ”emosional” yang kuat, ialah kalau<br />
mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari<br />
lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai<br />
dengan usia siswa.<br />
29
) Langkah Penjabaran Masalah<br />
Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang<br />
menciptakan masalah atau menyadar -kan masalah secara seragam terhadap suatu masalah adalah :<br />
1) Kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama.<br />
Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi<br />
bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam<br />
2) Kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi<br />
fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan,<br />
mineral atau produk kimia.<br />
3) Menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu<br />
pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat diprensentasikan secara nyata.<br />
“kenyataan” harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang<br />
berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang<br />
secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu<br />
dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan<br />
kesadaran “disini” ada sesuatu yang masih dipertanyakan, “disini” ada sesuatu yang dapat<br />
diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus<br />
“merencanakan masalah” pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran<br />
berlangsung guru “membiarkan perumusan masalah terjadi”<br />
4) Kesulitan siswa kelas rendah merumuskan masalah antara lain :<br />
o Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif<br />
o Sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih mem-perhatikan fakta-fakta dan ciri<br />
yang tidak penting<br />
o Secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalam-an lain dalam deskripsi<br />
penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman<br />
tersebut tidak sah<br />
o Kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas<br />
o Kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep<br />
behasa seharihari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi<br />
penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil<br />
secara tepat.<br />
o Bahaya penilaian terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum<br />
masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya<br />
merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya<br />
dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan<br />
tulis.<br />
30
c) Penyusunan Opini-Opini<br />
1) Pertanyaan ilmiah dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena menuntut jawaban teka-teki<br />
siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang mungkin. Akhirnya mereka<br />
berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang diterima. Siswa berpikir secara<br />
deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam menyusun opini.<br />
2) Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada saat menyusun opini<br />
kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk mengekpresikan opini, para siswa<br />
berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas, daya pikir dan intuisi.<br />
3) Menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang dan merumuskan pola pikiranya.<br />
Sebaiknya dilakukan pada diskusi kelompok kecil, bukan dalam kegiatan mandiri, karena<br />
perumus an hipotesis berkaitan dengan menerima atau menolak gagasan yang akan lebih<br />
mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau lebih.<br />
4) Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena menghasilkan<br />
hipotesa yang berbeda-beda. Maka menjadi sangat penting agar hipotesis dari semua<br />
kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis, kesulitan yang muncul adanya sikap<br />
kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis.<br />
5) Bila ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu<br />
pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan<br />
d) Perencanaan Dan Konstruksi<br />
1) Bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat percobaan yang memungkinkan verifikasi atau<br />
mengolah hipotesis dan penentuan saling kait antar parameter yang relevan.<br />
2) Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh mengatakan “ percobaan berikut akan<br />
menjawab pertanyaan tersebut” Juga tidak boleh “mari kita lakukan demostrasi “ Sadarkan<br />
siswa akan cara-cara menemukan jawaban masalah bukan hanya sekedar menjalankan<br />
peralatan laboratorium.<br />
3) Jalan dari hipotesis kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan<br />
kemampuan mencipta, sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus<br />
dikembangkan strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu<br />
percobaan berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah.<br />
4) Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis, kekuatan<br />
imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dua menjadi tiga demensi<br />
sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan, Tetapi sejak awal kemampuan<br />
anak harus dikembangkan.<br />
5) Mulailah dengan peralatan praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit<br />
percobaan.<br />
31
6) Gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang<br />
bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen, alat ukur harus dibahas secara<br />
mendalam, konstruksi percobaan jangan dilakukan secara abstrak, tetapi dilakukan melalui<br />
“trial and error” menggunakan komponen itu sendiri, tetapi belakangan harus makin terpisah.<br />
7) Tuliskan deskrepsi singkat percobaan dan gambarkan sketsa percobaan pada papan tulis atau<br />
lembar kerja yang menjadi bagian dari langkah perencanaan, Pada awalnya peralatan<br />
digambar secara perspektif dan berangsur angsur menjadi potongan gambar lalu digambar<br />
sketsa abstrak yang mengguna kan simbul simbul standar. Misal batu baterei digambar secara<br />
nyata kemudian menjadi simbul abtraknya.<br />
8) Lakukan kerja kelompok yang kemudian diangkat menjadi diskusi kelas untuk mendorong<br />
pemikiran kreatif dan konstruktik.<br />
e) Percobaan<br />
1) Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia. Jawaban<br />
pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan<br />
2) Perocaan siswa dan percobaan demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika<br />
melakukan sendiri, sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati,<br />
mengoperasikan menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan.<br />
3) Kasus pertama : siswa melakukan percobaan yang sama dengan masalah yang sama. Kasus<br />
kedua : kelompok siswa melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis<br />
yang berlainan pula. Tetapi baik kasus pertama maupun kedua semua kelompok harus<br />
mempresentasikan kepada seluruh kelas.<br />
4) Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan :<br />
o Merakit peralatan percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi ( simbul)<br />
menjadi tiga demensi (benda riel)<br />
o Penyetelan rangkaian percobaan<br />
o Menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol<br />
o Menentukan pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku<br />
o Pelaksanaan urutan percobaan<br />
o Mengembalikan peralatan pada tempatnya<br />
o Langkah percobaan dan perulangan percobaan diperlukan sebagai pemantapan untuk<br />
menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi sesuatu diluar sudut pandang<br />
hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai me-ngaburkan hipotesis.<br />
f) Kesimpulan<br />
1) Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali langkah<br />
tersebut tidak jelas, sehingga “kepustakaan” menganggap langkah ini sebagai kesatuan,<br />
32
merupakan langkah pemrosesan hasil; Tetapi agar mampu membedakan dalam pengajaran<br />
langkah tersebut dibahas secara terpisah.<br />
2) Hasil percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna<br />
ilmiah. Hanya dari suatu generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil<br />
pengetahuan ilmiah<br />
3) Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah, hipotesis yang<br />
diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai<br />
terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur. Misal Observasi : jarum ampermeter<br />
menyimpang, Kesimpulan : arus mengalir<br />
4) Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi<br />
o Pernyataan rangkuman sederhana :<br />
Kawat besi menghantarkan, kesimpulan besi menghantar arus listrik<br />
o Kesimpulan perbandingan :<br />
“Air panas dalam panci naik dari bawah ke atas” kesimpulan air panas lebih ringan dari<br />
air dingin<br />
o Kesimpulan penyebab dengan rumus :”Kalau .....maka “<br />
Kalau batang logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang<br />
o Kesimpulan verbal kuantitatip :<br />
Kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya tariknya akan bertambah n kali<br />
o Kesimpulan rumus verbal matematika : V = S/t<br />
g) Abstraksi :<br />
1) Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum.<br />
2) Abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus<br />
khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum.<br />
3) Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang akhirnya<br />
membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat digunakan untuk<br />
melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus khusus.<br />
h) Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek<br />
1) Tujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh untuk memungkinkan<br />
integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur pengetahuan siswa yang sudah ada.<br />
2) Tidak cukup hanya memahami fakta, harus dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus<br />
lain.<br />
3. Keterampilan “Micro Teaching”<br />
Tujuan “micro teaching” adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan mempersiapkan<br />
mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo (2002) merangkum panduan materi<br />
33
Pengajaran Mikro (“Micro Teaching”) yang diterbitkan oleh <strong>Universitas</strong> <strong>Sebelas</strong> <strong>Maret</strong> Surakarta,<br />
mensarikan 8 keterampilan pengajaran mikro sebagai berikut :<br />
a) Keterampilan Bertanya<br />
Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an berpikir. Dalam<br />
proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntuk<br />
siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar<br />
berinisiatip sendiri digolongkan dalam keterampilan bertanya.<br />
b) Keterampilan Memberi Penguatan<br />
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi peng-hargaan, persetujuan atas<br />
jawaban siswa atau sebaliknya dapat di-golongkan dalam keterampilan memberi penguatan.<br />
Tujuan memberi penguatan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan membangkitkan<br />
motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar menjadi positip.<br />
c) Keterampilan Menjelaskan<br />
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan atau tertulis secara<br />
sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan sebabakibat dapat digolongkan dalam<br />
keterampilan menjelaskan.<br />
Tujuan memberi penjelasan untuk memberi pemahaman, menolong dan mendapatkan logika siswa<br />
yang benar dari masalah yang dihadapi oleh siswa.<br />
d) Keterampilan Mengadakan Variasi<br />
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi perubah an dalam pembelajaran dapat<br />
digolongkan dalam keterampilan meng adakan Variasi.<br />
Variasi memuat aspek keterampilan lain, bertujuan untuk meningkat kan minat belajar, memberi<br />
kesempatan berkembangkanya bakat siswa, memperoleh cara lain agar siswa lebih memahami<br />
masalah serta lebih meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif.<br />
e) Keterampilan Membuka Pelajaran<br />
Yang dimaksud keterampilan membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk<br />
menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada kegiatan<br />
belajarnya.<br />
f) Keterampilan Menutup Pelajaran<br />
Yang dimaksud keterampilan menutup pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk<br />
mengakhiri kegiatan inti pelajaran, digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang<br />
apa yang telah dipelajarinya.Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus mempe<br />
timbangkan prinsip-prinsip :<br />
o Bermakna, guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran.<br />
o Berurutan dan bersinambungan, aktivitas guru dalam menjelas-kan, merangkum kembali<br />
pokok-pokok pelajaran hendaknya sebagai kesatuan yang utuh dengan susunan yang tepat,<br />
34
er-hubungan dengan minat siswa dan berkaitan secara erat dengan pengetahuan yang telah<br />
dimiliki siswa.<br />
o Menegaskan jawaban yang berkaitan dengan masalah yang telah diajukan.<br />
g) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil<br />
Percakapan dalam kelompok hanya dapat dikatakan diskusi bila memenuhi syarat :<br />
1) Melibatkan kelompok<br />
2) Berlangsung dalam bentuk tatapmuka sehingga tiap kelompok dapat melihat, mendengar serta<br />
berkomunikasi secara bebas dan langsung.<br />
3) Bekerjasama untuk saling mengisi dalam mencapai tujuan.<br />
4) Berlangsung menurut cara yang sistematis, menuju satu ke-simpulan.<br />
5) Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok orang dalam<br />
interaksi tatap muka sehingga dapat berkomunikasi secara bebas secara sistematis untuk<br />
memecahkan masalah dan menarik satu kesimpulan.<br />
h) Keterampilan Mengajar Mengelola Kelas<br />
Keterampilan mengelola kelas dimaksukan sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan<br />
memelihara kondisi belajar yang optimal, mengantisipasi gangguan dalam proses belajar agar<br />
tidak menjadi gangguan yang berkelanjutan<br />
Prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas adalah :<br />
o Kehangatan dan keantusiasan.<br />
o Tantangan dalam arti sebagai usaha yang dapat meningkatkan gairah siswa belajar dan selalu<br />
memperhatikan kegiatan guru.<br />
o Bervariasi agar siswa tidak jenuh menerima pelajaran.<br />
o Keluwesan tingkah laku guru akan mecegah gangguan pem-belajaran.<br />
4. Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah Dan Keterampilan “Micro<br />
Teaching”<br />
Struktur<br />
Pembelajaran Ilmiah<br />
Keterampilan<br />
“Micro Teaching”<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
Memberi Motivasi<br />
Merumuskan Masalah<br />
Menyusun Opini<br />
Perencanaan - Konstruksi<br />
Melakukan Percobaan<br />
Menarik Kesimpulan<br />
Abstraksi<br />
Konsolidasi - Aplikasi<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
Bertanya<br />
Memberi Penguatan<br />
Menjelaskan<br />
Mengadakan Variasi<br />
Membuka Pelajaran<br />
Menutup Pelajaran<br />
Mengajar Kelompok Kecil<br />
Mengajar Mengelola Kelas<br />
Dalam Kegiatan Pengajaran Mikro Terjadi Proses<br />
Pembelajaran Ilmiah Secara Parsial Atau Integral<br />
35
Mahasiswa Praktek sebagai<br />
“guru” Dalam Kuliah<br />
Micro Teaching<br />
Terjadi Refleksi Peangalaman<br />
antar mahasiswa saling<br />
menerima dan memberi<br />
pengalaman mengajar<br />
Gambar 1. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Micro Teaching<br />
Mahasiswa berperan<br />
sebagai “pengamat”<br />
Mahasiswa berperan<br />
sebagai “pengamat”<br />
Mahasiswa berperan<br />
sebagai “pengamat”<br />
Mahasiswa berperan<br />
sebagai “pengamat”<br />
Dosen sebagai pembimbing memberi komentar / evaluasi<br />
“micro teaching”<br />
Gambar 2. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar “Micro Teaching“<br />
Jamzuri (2006) penelitian pembuatan SOP kuliah “micro Teaching”, menunjukkan<br />
keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching“ yang dapat terkait secara parsial atau<br />
integral, sedang keterkaitan tersebut selalu dapat dikaitkan dengan“reflective teaching“ dalam arti<br />
setiap langkah harus direfleksikan agar selalu terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran (gambar 1).<br />
Secara parsial, bermakna bahwa setiap pembelajaran dapat dilatihkan satu atau lebih bagian<br />
dari 8 struktur pembelajaran ilmiah, misal hanya mengambil struktur merumuskan masalah dari<br />
penggalan materi pelajaran secara utuh, dilaksanakan selama 20 menit.<br />
Tetapi bila dilaksanakan secara integral, maka pembelajaran dilatihkan secara utuh dari 8<br />
struktur pembelajaran ilmiah dilaksanakan dalam waktu 45 menit sampai 80 menit.<br />
Gambar 2. Pada saat salah satu mahasiswa praktek mengajar dalam kuliah “micro teaching“<br />
mahasiswa lainnya melaksanakan pengamatan, yang pada giliranya akan melaksanakan praktek<br />
mengajar pula. Kegiatan berulang 3 sampai 4 kali praktek, maka akan terjadi putar gilir peran<br />
mahasiswa sebagai “guru“ dan atau sebagai “pengamat“ refleksi mahasiswa secara keseluruhan akan<br />
saling menerima dan memberi pengalaman mengajar.<br />
J. Rencana Penelitian<br />
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian<br />
Tabel 2. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching”<br />
Kegiatan<br />
1. Tahap Persiapan<br />
Tugas / Pengalaman Yang<br />
Diperoleh<br />
36
P<br />
r<br />
a<br />
k<br />
t<br />
i<br />
k<br />
a<br />
n<br />
d<br />
a<br />
n<br />
p<br />
e<br />
n<br />
i<br />
l<br />
a<br />
i<br />
m<br />
e<br />
m<br />
p<br />
e<br />
r<br />
o<br />
l<br />
e<br />
h<br />
p<br />
e<br />
n<br />
g<br />
a<br />
l<br />
Evaluasi<br />
Perencanaan<br />
Terjadi interaksi antara Pembimbing -<br />
mahasiswa dalam memahami struktur<br />
pembelajaran<br />
Terjadi interaksi secara aktif antara konsultan<br />
dan Pembimbing<br />
Memilih Konsultan<br />
Dosen berpengalaman<br />
telah mengikuti<br />
pelatihan dan menjadi<br />
konsultan SEQIP<br />
Memilih Pembimbing<br />
Dosen yang telah<br />
mengikuti pelatihan<br />
“micro teaching” dari<br />
konsultan<br />
2. Tahap Pembentukan kelompok<br />
Memilih Koordinator<br />
Dosen yang telah<br />
meng-ikuti pelatihan<br />
“micro teaching” dari<br />
konsultan<br />
Pembimbingan<br />
Proses pembimbingan<br />
3 s/d 4 mahasiswa<br />
pada pembimbing<br />
Kuliah 1 Koordinator<br />
berperan sbg guru<br />
model contoh PBM yg<br />
dilaksanakan dalam<br />
kelompok 12 - 15 mhs<br />
dgn 3 pembimbing<br />
3. Tahap Revisi Rencana Pembelajaran<br />
Evaluasi diri<br />
Perbaikan<br />
1. Melatih dosen sebagai<br />
pembimbing<br />
2. Sebagai guru model<br />
3. Menjelaskan 8 Struktur<br />
pembelajaran<br />
4. Menjelaskan cara menilai<br />
5. Menjadi koordinator “Micro<br />
teaching”<br />
1. Mengikuti pelatihan pembimbing<br />
Berdiskusi / menyamakan<br />
persepsi 8 struktur pembelajaran<br />
ilmiah.<br />
2. Latihan menggunakan format<br />
tabel 2<br />
3. Menjadi model yang tampil<br />
sebagai contoh guru di depan<br />
mahasiswa peserta kuliah<br />
6. Membimbing mahasiswa<br />
1. Memimpin kelompok “micro<br />
teaching”<br />
2. Mengumpulkan format penilaian<br />
3. Memberi saran perbaikan<br />
pembelajaran yang telah<br />
berlangsung<br />
4. Memimpin diskusi dalam<br />
kelompok<br />
1. Penentuan materi pelajaran pada<br />
latihan “micro teaching” dengan<br />
8 struktur pembelajaran ilmiah.<br />
2. Kontrak pelaksanaan perkuliahan<br />
1. Penjelasan koordinator sbg guru<br />
model di depan mhs.<br />
2. Penjelasan 8 Struktur pembelajar<br />
an dan cara menilai pada mhs.<br />
3. Penjelasan tugas kuliah “micro<br />
teaching” dan diskusi kelompok<br />
1. Evaluasi 8 struktur pembela<br />
jaran oleh mhs<br />
2. konsultasi dgn pembimbing<br />
1. Berdiskusi dgn teman sejawat<br />
2. Memperbaiki rencana PBM<br />
3. Menyerahkan perbaikan pada<br />
pembimbing.<br />
Tabel 3. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching”<br />
Kegiatan<br />
1. Praktek Mengajar Pertama<br />
Praktikan<br />
Tugas / Pengalaman Yang<br />
Diperoleh<br />
1. Menyerahkan kontrak persiapan<br />
37
Belajar lebih banyak dan<br />
Bermakna<br />
Kesimpatan Evaluasi diri<br />
pd putaran ke 2<br />
Mahasiswa yang<br />
ditunjuk sesuai giliran<br />
praktek pada<br />
kelompoknya<br />
Penilai<br />
Terdiri dari 3 mhs,<br />
pembimbing dan koor<br />
dinator kelompok.<br />
Penilaian mengguna -<br />
kan Format Pengamat<br />
an Pembelajaran<br />
Fisika ( Lampiran 1)<br />
2. Pengalaman Mahasiswa Selama Kuliah<br />
Praktikan<br />
3 mahasiswa yang<br />
praktek mengajar tiap<br />
tatap muka<br />
Penilai Formal diarti<br />
kan penilaian tertulis<br />
dan diungkapkan<br />
secara lesan, Non<br />
formal hanya menilai<br />
secara tertulis saja.<br />
3. Praktek Mengajar Kedua<br />
Praktikan<br />
Mahasiswa yang<br />
ditunjuk sesuai giliran<br />
praktek pada<br />
kelompoknya<br />
Penilai<br />
Mempunyai bekal<br />
mengajar 1 x , menilai<br />
non formal 12 x dan<br />
menilai formal 11 x<br />
praktek mengajar dg 8 struktur<br />
pembelajaran.<br />
2. Praktek mengajar selama 20 menit.<br />
3. Siap menerima evaluasi dari diri<br />
sendiri maupun teman mhs.<br />
1. Mhs 1 : menilai dg format<br />
Pembelajaran no 1 s/d 5 (2 menit)<br />
2. Mhs 2 : menilai dg format<br />
Pembelajaran no 6 s/d 10 (2 menit)<br />
3. Mhs 3 : menilai dg format<br />
Pembelajaran 11 s/d 15 ..(2 menit)<br />
4. Pembimbing : menilai dg format<br />
Pembelajaran yg perlu…(5 menit)<br />
5. Koordinator bila perlu<br />
1. Direncanakan 12 x kuliah.tatap<br />
muka<br />
2. Setiap mahasiswa diberi<br />
kesempatan 3 x praktek.<br />
1. Mhs diberi kesempatan menilai<br />
secara formal dan Non formal dgn<br />
Format Pembelajaran (Lamp 1)<br />
2. Memperoleh masukan dari<br />
pembimbing.<br />
3. Merefleksi pengalaman teman.<br />
1. Seperti kegiatan praktek 1<br />
2. Mempunyai bekal mengajar 1 x ,<br />
menilai non formal 12 x dan<br />
menilai formal 11 x<br />
3. Sempat menata ulang strategi PBM<br />
1. Lebih jeli 36 x menggunakan<br />
format Pembelajaran (Lamp 1)<br />
2. Lebih sadar mengatur PBM<br />
3. Berkesempatan tata ulang PBM<br />
4. Merefleksi pengalaman teman.<br />
4. Praktek Berikutnya :<br />
o Mahasiswa mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan lebih<br />
baik tentang pelaksanaan pembelajaran dengan 8 struktur<br />
pembelajaran ilmiah.<br />
o Hanya mahasiswa pada putaran ke 2 yang belum menuju<br />
perbaikan akan dibimbing secara khusus oleh konsultan.<br />
2. Variabel Penelitian<br />
a) Kemampuan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) berstruktur ilmiah<br />
b) Kemampuan melaksanakan RPP dalam pembelajaran berstruktur ilmiah<br />
c) Kemampuan merefleksikan Implementasi saat pelaksanaan RPP dalam kelas<br />
3. Analisis dan Refleksi<br />
38
a) Penilaian Rencana Program Pembelajaran (RPP) menggunakan format penilaian pada<br />
lampiran 4<br />
b) Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran sesuai RPP menggunakan format penilaian pada lampiran<br />
5<br />
c) Refleksi kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) dilakukan oleh diri sendiri, teman sejawat<br />
dan dosen pembimbing dengan desain seperti pada table 2 dan table 3.<br />
4. Data dan cara pengum-palannya<br />
5. Indikator Kinerja<br />
K. Jadwal Penelitian<br />
Sesuai kurikulum yang berlaku di Program P.Fisika Jurusan P.MIPA <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong>, kuliah<br />
“micro teaching” dilaksanakan pada semester VI (genap), maka tahap persiapan dan tahap pelaksanaan<br />
kuliah umum dilaksanakan pada bulan Januari minggu pertama sampai ke tiga. Sedang pelaksanaan<br />
praktek ”micro teaching” 3 kali putaran dimulai pada bulan Pebruasi sampai Juli 2007.<br />
Tabel 4. Jadual Penelitian Januari – Pebruari<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
Januari Pebruari<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
1. Tahap Persiapan<br />
a Pemilihan konsultan<br />
x<br />
b Sosialisasi kegiatan x x<br />
c Pelatihan dosen pembimbing x x<br />
d Penyamaan persepsi format x x<br />
e Pembentukan kelompok x x<br />
2. Tahap Pelaksanaan Kuliah Umum<br />
a Pembimbing sebagai model<br />
x<br />
b Sosialisasi kegiatan x x<br />
c Penyamaan persepsi format x x<br />
d Undian Praktek x x<br />
e Pembimbingan praktek x x<br />
3. Praktek ”micro Teaching Putaran 1 Kelompok<br />
a Pertama : 3 mahasiswa x<br />
b Kedua : 3 mahasiswa x<br />
c Ketiga : 3 mahasiswa x<br />
d Keempat : 3 mahasiswa x<br />
e Evaluasi setiap praktek x x x x<br />
Tabel 5. Jadual Penelitian <strong>Maret</strong> - April<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
<strong>Maret</strong> April<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
4. Praktek ”micro Teaching Putaran 2 Kelompok<br />
a Pertama : 3 mahasiswa x<br />
39
Kedua : 3 mahasiswa x<br />
c Ketiga : 3 mahasiswa x<br />
d Keempat : 3 mahasiswa x<br />
e Evaluasi setiap praktek x x x<br />
5. Praktek ”micro Teaching Putaran 3 Kelompok<br />
a Pertama : 3 mahasiswa x<br />
b Kedua : 3 mahasiswa x<br />
c Ketiga : 3 mahasiswa x<br />
d Keempat : 3 mahasiswa x<br />
e Evaluasi setiap praktek x x x x<br />
Tabel 6. Jadual Penelitian Mei - Juni<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
Mei Juni<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
6. Praktek ”micro Teaching Putaran 4 Kelompok<br />
a Pertama : 3 mahasiswa x<br />
b Kedua : 3 mahasiswa x<br />
c Ketiga : 3 mahasiswa x<br />
d Keempat : 3 mahasiswa x<br />
e Evaluasi setiap praktek x x x<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
Mei Juni<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
7. Praktek ”micro Teaching Putaran 5 Kelompok<br />
a Pertama : 3 mahasiswa x<br />
b Kedua : 3 mahasiswa x<br />
c Ketiga : 3 mahasiswa x<br />
d Keempat : 3 mahasiswa x<br />
e Evaluasi setiap praktek x x x x<br />
Tabel 7. Jadual Penelitian Juni- Juli<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
Juni<br />
Juli<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
a Masukan dari koordinator x x x x x x x x<br />
b Penerapan format pembel x x x x x x x x<br />
c Struktur pembel ilmiah x x x x x<br />
d Diskusi antar pembimbing x<br />
Tabel 8. Jadual Penelitian Juni- Juli<br />
No<br />
Kegiatan<br />
Bulan Pelaksanaan<br />
Agustus September<br />
Minggu ke Minggu ke<br />
1 2 3 4 1 2 3 4<br />
Laporan Penelitian<br />
a Pengumpulan data x x x x x x x x<br />
b Desiminasi hasil x x x x x<br />
40
c Laporan x<br />
41
L. Personalia Penelitian<br />
Ketua Peneliti :<br />
a. Nama dan Gelar<br />
b. Jenis Kelamin<br />
c. Pangkat, Gol, NIP<br />
d. Program Studi/Jurusan<br />
e. Fakultas<br />
f. Institut/<strong>Universitas</strong><br />
g. Alamat rumah:<br />
h. No HP/ Email:<br />
Anggota Peneliti 1 :<br />
a. Nama dan Gelar<br />
b. Jenis Kelamin<br />
c. Pangkat, Gol, NIP<br />
d. Program Studi/Jurusan<br />
e. Fakultas<br />
f. Institut/<strong>Universitas</strong><br />
g. Alamat rumah<br />
h. No. telepon<br />
M. Rencana Anggaran<br />
: Drs Jamzuri MPd<br />
: Pria<br />
: Lektor kepala, IV B / 130 902 519<br />
: P. Fisika / Pendidikan MIPA<br />
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />
: <strong>Sebelas</strong> <strong>Maret</strong><br />
: P Telukan Grogol Sukoharjo<br />
: 08122981617 jamzuri_uns@yahoo.com<br />
:<br />
Tabel 9. Biaya Penelitian<br />
No Kegiatan Volume / Harga Jumlah<br />
(1) (2) (3) (4)<br />
1. Tahap persiapan<br />
a. Makalah 30 x3xRp 15000 1,350,000.00<br />
b. CD Micro 2 cdx4xRp50000 400,000.00<br />
c. Bahan 1 setx4xRp 100000 400,000.00<br />
d. Format amatan 1 set x4xRp 3000 12,000.00<br />
2. Pelatihan Pembimbing Oleh Konsultan<br />
a. Kertas HVS 1 rimxRp 24000 24,000.00<br />
b. Spidol 15 bijixRp 3000 45,000.00<br />
c. Rekaman Video 1 kasetxRp 50000 50,000.00<br />
d. Sewa LCD 6 jam 6 xLCDxRp 50000 300,000.00<br />
e. Sewa Laptop 6 x1 bhxRp 25000 150,000.00<br />
3. Pelatihan 4 kelompok mahasiswa oleh 15 Pembimbing<br />
a. Kertas HVS 2 rimx Rp24000 48,000.00<br />
b. Spidol 4 klpx12xRp 3000 144,000.00<br />
c. Rekaman Video 4 klp x Rp 50000 200,000.00<br />
d. Rekaman data 1 Flash x Rp352000 352,000.00<br />
e. Sewa LCD 6 jam 6x4LCDxRp 50000 1,200,000.00<br />
f. Sewa Laptop 6 x4 bh x Rp 25000 600,000.00<br />
4. Tahap Kuliah 12 Tatap muka “Micro Teaching”<br />
a. Alat dan bahan 50 mhsxRp 10000 500,000.00<br />
b. Spidol 50 mhsxRp 4000 200,000.00<br />
c. Rekaman Video 10 kasetxRp 50000 500,000.00<br />
5. Seminar Hasil Penelitian<br />
42
a. Analisis data 1 set x Rp 100000 100,000.00<br />
b. Naskah Laporan 1 set x Rp 100000 100,000.00<br />
c. Transparansi 10 lb x Rp 1.500 15,000.00<br />
d. Penampil Laporan 2 jam x Rp 50.000 200,000.00<br />
e. Sewa Laptop 2 jam x Rp 25.000 50,000.00<br />
6. Perbaikan Laporan Berdasarkan Saran Seminar Penelitian<br />
a. Analisis data 1 set x Rp 200000 200,000.00<br />
b. Naskah laporan 1 set x Rp 100000 100,000.00<br />
c. Pengetikan Laporan 50 lb x Rp 1000 50,000.00<br />
d. Penggandaan 50 lbx10 set Rp 100 50,000.00<br />
e. Jilid Laporan 10 setxRp10000 100,000.00<br />
7. Honorarium<br />
a. Ketua 1 x8 bl x Rp50000 400,000.00<br />
b. Anggota 2 x6 bl x Rp30000 360,000.00<br />
c. Pembimbing 15x6 blxRp20000 1,800,000.00<br />
Jumlah 10,000,000.00<br />
( Sepuluh juta rupiah )<br />
N. Daftar Pustaka<br />
Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pdan K (1990), Kurikulum Pendidikan<br />
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan<br />
(MIPA-L<strong>PTK</strong>) Progran Strata -1 (S1), Jakarta<br />
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Buku Pedoman Tahun Akademik 2004 – 2005, <strong>UNS</strong><br />
Press<br />
Joko NurkamtoDR,(2003), Pidato Pengukuhan Guru Besar<strong>UNS</strong>, Surakarta, <strong>UNS</strong> Press<br />
Jamzuri (2006), Standar Operasi Kuliah Micro Teaching, Surakarta, <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong><br />
Kurikulum online, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang Departermen<br />
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. www.puskur.or.id/2kurikulum<br />
Otto Hames,Tim SEQIP,(2000), Buku IPA Guru Kelas 6, Jakarta<br />
Otto Hames, (2001), Stuktur Pembelajaran IPA Model Prof Walter Klinger Phd, makalah<br />
seminar SEQIP 2001<br />
Widodo R (2002), Materi Pengajaran mikro, Surakarta, Unit PPL <strong>UNS</strong><br />
43
BAB IV<br />
BERLATIH MENYUSUN PROPOSAL <strong>PTK</strong><br />
A. Judul Penelitian<br />
1. Tulislah judul <strong>PTK</strong> yang Anda usulkan<br />
…………………………………………………………………………………………………...…<br />
……………………………………………………………………………………………………...<br />
………<br />
2. Apakah judul <strong>PTK</strong> Anda telah mencantumkan hal hal berikut:<br />
e) Tujuan/tindakan<br />
f) Cara menyelesaikan masalah (solusi)<br />
g) Tempat penelitian dilaksanankan (seting)<br />
B. Bidang Ilmu<br />
C. Bidang kajian<br />
D. Latar Belakang Masalah<br />
1. Kemukakanlah masalah atau kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan kegiatan<br />
belajar–mengajar mata pelajaran yang diberikan kepada siswa (berkaitan dengan penggunaan<br />
media, strategi, model, lingkungan belajar, sistempenilaian, implementasi kurikulum)!<br />
…………………………………………………………………………………………………..<br />
.…………………………………………………………………………………………………<br />
2. Pilihlah salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak<br />
…………………………………………………………………………………………………..<br />
.…………………………………………………………………………………………………<br />
3. Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera di carikan pemecahannya!<br />
…………………………………………………………………………………………………..<br />
.…………………………………………………………………………………………………<br />
4. Analisislah penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut<br />
…………………………………………………………………………………………………..<br />
.…………………………………………………………………………………………………<br />
5. Dapatkanlah satu alternative pemecahan masalah untuk me-mecahkan masalah urgent yang<br />
Anda hadapi tersebut Alternatif pemecah an masalah itu haruslah bertolak dari hasilanalisis<br />
dan didasarkan pada TEORI tertentu.<br />
44
E. Rumusan Masalah<br />
1. Deskripsi rumusan masalah yang Anda hadapi<br />
…………………………………………………………………………………………………...<br />
…………………………………………………………………………………………………<br />
………<br />
2. Apakah masalah yang Anda deskripsikan telah memuat hal-hal sebagai berikut?<br />
a) Apakah deskripsi masalah telah disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala–<br />
kendala yang Anda hadapai sewaktu melaksanakan KBM dengan menerapkan strategi<br />
pengajar an dan pembelajaran kontekstual?<br />
b) Apakah deskripsi masalah telah memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk<br />
segera dilaksanakan?<br />
c) Apakah deskripsi masalah telah memuat tentang hasil analisis masalah?<br />
d) Apakah deskripsi masalah telah memuat tentang refleksi awal?<br />
e) Bagaimana perumusan masalah?<br />
3. Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan<br />
…………………………………………………………………………………………………...<br />
…………………………………………………………………………………………………<br />
………...…………………………………………………………………………………………<br />
…………...……………………………………………………………<br />
Apakah pemecahan masalah yang Anda ajukan memenuhi rambu rambu berikut?<br />
a. Apakah ada alternative pemecahan masalah?<br />
b. Apakah alternative pemecahan masalah itu didasarkan teori tertentu?<br />
c. Apakah alternative pemecahan masalah itu bertolak dari hasil analisis?<br />
F. Cara Pemecahan Masalah<br />
1. Kemukakanlah prosedur tindakan yang akan Anda lakukan dalam <strong>PTK</strong><br />
……………………………………………………………………………………………..……<br />
…………………………………………………………………………………………………<br />
…<br />
2. Apakah dalam deskripsi tentang prosedur tindakan telah Anda kemukakan hal-hal sebagai<br />
berikut :<br />
a) Apakah ada deskripsi tentang setting dan karakteristik subjek?<br />
b) Apakah ada variable/factor yang diselidiki?<br />
c) Apakah ada rencana tindakan yang mencakup misalnya scenario pembelajaran,<br />
implementasi tindakan, observasi, dan evaluasi, analisis, dan refleksi?<br />
45
G. Tujuan Penelitian<br />
1. Rumuskan tujuan yang diharapkan dari penelitian Anda<br />
…………………………………………………………………………………………………...<br />
…………………………………………………………………………………………………<br />
………<br />
2. Apakah rumusan tujuan yang diharapkan dalam penelitian Anda telah memuat hal-hal sebagai<br />
berikut :<br />
a. Apakah rumusan tujuan yang diharapkan telah mengemuka -kan hasil yang diharapkan<br />
bagi siswa?<br />
b. Apakah rumusan tujuan yang diharapkan telah me-ngemukakan hasil yang diharapkan<br />
bagi praktisi?<br />
H. Manfaat Penelitian<br />
I. Kajian Pustaka<br />
J. Rencana Penelitian<br />
K. Personalia Penelitian<br />
L. Rencana Anggaran<br />
M. Daftar Pustaka<br />
N. Lampiran<br />
5. Tulislah lokasi penelitian Anda!<br />
…………………………………………………………………………………………………...<br />
…………………………………………………………………………………………………<br />
………...…………………………………………………………………………………………<br />
…………...……………………………………………………………<br />
6. Tulislah personil tim peneliti Anda<br />
Ketua Tim Peneliti<br />
Nama lengkap : ………………………………………………<br />
Jenis kelamin<br />
: ………………………………………………<br />
NIP<br />
: ………………………………………………<br />
Pangkat/Gol.<br />
: ………………………………………………<br />
46
RAMBU RAMBU PENYUSUNAN LAPORAN<br />
PENELITIAN TINDAKAN KELAS<br />
ii. Judul :<br />
singkat, spesifik, menunjukkan gambaran masalah,tindakan, hasil, dan lokasi, maksimal 15 kata<br />
iii. Bab I Pendahuluan:<br />
1. Latar belakang;<br />
Berisi tentang hal yang terjadi di sekolah, bersifat penting, bersifat mendesak, dapat<br />
dilakukan, jelas masalahnya atau berupa kondisi ideal, kondisi nyata, gap kondisi ideal dan<br />
kondisi nyata serta pemecahan masalah<br />
2. Rumusan masalah;<br />
Kalimat tanya yang berisi tentang : asumsi, lingkup penelitian, alternatif tindakan, indikator<br />
keberhasilan, dan cara penyelesaian masalah.<br />
3. Pemecahan masalah/identifikasi masalah;<br />
Berisi tentang uraian alternatif tindakan berdasarkan prioritas tindakan pemecahan masalah.<br />
4. Tujuan;<br />
Berisi tujuan umum, tujuan khusus atau cukup tujuan berisi tentang tujuan yang dapat diukur<br />
ketercapaiannya.<br />
5. Manfaat; berupa manfaat bagi siswa, guru, sekolah, atau komponen yang terkait. lebih baik<br />
kemukakan hal yang berupa inovasi.<br />
iv. Bab II Kajian Teori<br />
Berisi tentang teori yang mendasari penelitian, kajian teori mengungkap tentang : What (apa)<br />
berupa definisi atau pengertian, Who ( siapa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa, Why (<br />
mengapa) mengapa teori itu ada, How ( bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian<br />
terdahulu (yang telah dilakukan orang lain)<br />
D. Bab III Metode Penelitian<br />
i) Seting penelitian; berisi tentang lokasi sekolah, kelas berapa, jumlah siswa, komposisi siswa,<br />
situasi lingkungan siswa, berapa lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)<br />
j) Indikator keberhasilan; berisi berupa indikator keberhasilan yang menjadi acuan<br />
keberhasilan dalam setiap tindakan, berupa gradasi seperti : 80-100 : sangat berhasil, 60-79 :<br />
berhasil, 40-59 : cukup berhasil, 20- 39 : kurang berhasil, 0-19 : tidak berhasil. Kalau<br />
kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa dijadikan sebagai<br />
acuan,<br />
k) Gambaran umum penelitian (siklus tindakan); berisi tindakan tindakan tiap siklusnya,<br />
yang dalam setiap siklus berupa : kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan<br />
47
pengamatan serta kegiatan refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk<br />
perencanaan tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.<br />
l) Instrumen yang digunakan, pedoman observasi, alat perekam dll<br />
E. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan<br />
Berisi hasil pengamatan dari observer, analisis data dan refleksi dari kegiatan dalam setiap siklus.<br />
Hasil refleksi merupakan rencana tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil pengamatan berupa<br />
tindakan guru dan kegiatan siswa.<br />
F. Bab V Kesimpulan dan Saran<br />
Berisi kesimpulan dari penelitian dan saran tindakan perbaikan atas hasil penelitian (bisa berupa<br />
rekomendasi)<br />
ALASAN PENOLAKAN <strong>PTK</strong><br />
ALASAN PENOLAKAN<br />
UMUM<br />
1.<br />
Terdapat bagian tulisan atau adanya petunjuk lain yang<br />
menunjukkan bahwa KTI ini diragukan keasliannya, seperti :<br />
a. lokasi/subjek/tgl. pembuatan/data tidak konsisten *)<br />
b. adanya kesamaan isi, format, gaya penulisan yang sangat<br />
mencolok dg KTI orang lain<br />
c. adanya perbedaan yang sangat mencolok untuk KTI yang<br />
ditulis oleh orang yang sama<br />
d. masalah yang diteliti/dikaji tidak sesuai dg latar belakang<br />
keahlian atau tugas pokok penulis<br />
e. terdapat bentuk ketikan yang berbeda<br />
f. sama persis dengan KTI Sdr. : ..............<br />
2. KTI yang diajukan di luar bidang pendidikan<br />
3. KTI berupa skripsi, tesis, disertasi<br />
4. jenis KTI tidak jelas<br />
5.<br />
tidak lengkapnya bukti fisik seperti pengesahan kepala sekolah,<br />
petugas perpustakaan, lembaga profesi, dll<br />
6. sistematika penulis tidak sesuai pedoman<br />
7. tulisan yang diajukan tidak termasuk jenis KTI yang memenuhi<br />
48
syarat untuk dapat dinilai sesuai Kepmendikbud No.<br />
025/O/1995<br />
KHUSUS LAPORAN PENELITIAN<br />
1.<br />
KTI belum/tidak menggunakan format yang lazim dalam<br />
penulisan ilmiah<br />
2. KTI tidak menggunakan proses berfikir keilmuan<br />
a. penelitian : pendahuluan, kajian teori, metodologi<br />
penelitian, hasil penelitian, kesimpulan & saran<br />
b. tinjauan atau ulasan ilmiah : pendahuluan yang memuat<br />
uraian hal yang dipermasalahkan, kajian teori dan fakta<br />
mengenai hal yang dipermasalahkan, ulasan/tinjauan<br />
ilmiah yang merupakan gagasan penulis dan kesimpulan<br />
3. Isi KTI tidak bermanfaat, karena :<br />
a. tidak ada kaitannya dengan pengembangan profesi penulis<br />
b. hal yang dipermasalahkan terlalu luas<br />
c. merupakan laporan kegiatan pembelajaran/penelitian mata<br />
pelajaran<br />
4.<br />
Jenis penelitian tidak sesuai dengan kaidah penelitian<br />
<strong>PTK</strong>/Deskriptif/Eksperimen<br />
5. Permasalahan yang ditulis :<br />
a. sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya<br />
b. telah jelas jawabannya, tidak perlu diteliti<br />
c. tidak menunjukkan adanya kegiatan nyata penulis dlm<br />
pengembangan profesi<br />
6. Pendahuluan dan kajian teori :<br />
a. latar belakang masalah tidak jelas<br />
b. rumusan masalah tdk menunjukkan pentingnya hal yg<br />
dipermasalahkan<br />
c. penjelasan teori tentang hal yang dipermasalahkan tidak<br />
jelas/tdk relevan/tdk mendalam *)<br />
7. Metode penelitian :<br />
a. penetapan populasi /teknik sampling tdk jelas/tdk benar<br />
b. metode pengumpulan/pengolahan data dan analisis data<br />
tdk jelas/tdk benar<br />
49
c. waktu penelitian tidak jelas<br />
8. Pembahasan hasil penelitian :<br />
a. tidak proposional/tdk seimbang dg bab-bab sebelumnya<br />
b. tidak didukung data yg relevan<br />
c. belum dilengkapi data hasil penelitian<br />
d. tindakan yang dilakukan pada setiap siklus dari <strong>PTK</strong> tidak<br />
jelas<br />
e. pembahasan hasil tinjauan/ulasan ilmiah belum/tdk<br />
memuat gagasan penulis<br />
9. Kesimpulan :<br />
a. tidak sesuai dengan alur berfikir pada bab-bab sebelumnya<br />
b. tidak didukung dengan hasil penelitian<br />
c. tidak sesuai dengna variabel yang diteliti/tidak menjawab<br />
permasalahan (rumusan masalah) *)<br />
50
Lampiran 1 :<br />
Curriculum Vitae Ketua Dan Anggota Peneliti<br />
1. Data Ketua Peneliti<br />
a. Nama lengkap dan gelar<br />
b.NIP<br />
c. Pangkat / golongan<br />
d.Fakultas / Jurusan<br />
e. Bidang Keahlian<br />
f. Alamat<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
Drs Jamzuri MPd<br />
130 902 519<br />
Lektor kepala / IV B<br />
KIP – P.MIPA<br />
Pendidikan Fisika<br />
P D15/13/14 Sukoharjo<br />
2. Pengalaman Mengajar :<br />
a. Pengampu Pengajaran Micro di P.Fisika sejak 1984<br />
b. Pembimbing PPL di P.Fisika tahun 1990 – sekarang<br />
3. Pengalaman Meneliti :<br />
a. Jamzuri, (2003) Pola Pembelajaran SEQIP di SD. <strong>UNS</strong><br />
b. Jamzuri (2006), SOP Mikroteaching Di P. Fisika, LPPM<br />
4. Pengalaman Menulis Buku :<br />
Jamzuri (2003), Logika Biner, <strong>UNS</strong> Press<br />
1. Data anggota Peneliti ke 1<br />
a. Nama lengkap dan gelar<br />
b. NIP<br />
c. Pangkat / golongan<br />
d. Fakultas / Jurusan<br />
e. Bidang Keahlian<br />
f. Alamat<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
:<br />
Drs Sutadi Waskito MPd<br />
130 529 711<br />
Lektor / IV A<br />
KIP – P.MIPA<br />
Fisika Dasar<br />
Jaten Karanganyar<br />
2. Pengalaman Studi<br />
a. S1 : Pendidikan Fisika <strong>FKIP</strong> IKIP YOGYAKARTA<br />
b. S2 : Pendidikan Fisika IKIP JAKARTA<br />
3. Pengalaman Mengajar :<br />
a. Micro teaching di P.Fisika tahun 1983 – sekarang<br />
b. PPL di P.Fisika tahun 1983 – sekarang<br />
c. Seminar Fisika di P.Fisika tahun 1983 – sekarang<br />
4. Pengalaman meneliti :<br />
Sutadi Waskito, (2002), Identifikasi miskonsep gelombang pada<br />
mahasiswa program studi fisika <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong>, DIKs <strong>UNS</strong>.<br />
5. Pengalaman Menulis Buku :<br />
a. Sutadi Waskito (2000), Konsep Dasar IPA, <strong>UNS</strong> Press<br />
b. Sutadi Waskito (2001), Listrik Magnet dan Fisika Moder,<br />
<strong>UNS</strong> Press<br />
c. Sutadi Waskito (2002), Pengantar Fisika Kuantum, <strong>UNS</strong><br />
Press<br />
51
Lampiran 2 :<br />
Struktur Kurikutum Program Studi P.Fisika<br />
P.MIPA <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong><br />
Sebaran Mata Kuliah P.Fisika Semester VI *)<br />
No Kode Mata Kuliah SKS<br />
1 PO 625 P Micro Teaching 2<br />
2 PMF 545 Penelitian Pengajaran Fisika 2<br />
3 KPO 624 Profesi Kependidikan II 2<br />
4 KPMF 633 Optika 2<br />
5 KPMF 634 Fisika Statistik 3<br />
6 KPMF 635 Fisika Kuantum 3<br />
7 KPMF 636 Pendahuluan Fisika Zat Padat 1<br />
8 KPMF 637 Pendahuluan Fisika Inti 1<br />
9 KPMF 636 Pendahuluan Fisika Zat Padat I 1<br />
10 KPMF 645 Pendahuluan Fisika Inti I 1<br />
11 KPMM 235 Pemrograman Komputer 3<br />
Jumlah 15<br />
Rekapitulasi Kelompok Mata Kuliah dan Jumlah SKS *)<br />
No<br />
Kelompok<br />
Mata Kuliah<br />
Mata Kuliah Jumlah SKS Jumlah<br />
Nas Inst Nas Inst SKS<br />
1 MPK 3 6 6 9 15<br />
2 MKK 6 13 13<br />
3 MKB 40 5 96 7 103<br />
4 MPB 5 11 11<br />
5 MBB 2 5 5<br />
Jumlah 56 11 131 16 147<br />
*) Sumber :<br />
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, BUKU PEDOMAN TAHUN AKADEMIK<br />
2004 – 2005, <strong>FKIP</strong> <strong>UNS</strong>, Hal 170 -172, <strong>UNS</strong> Press<br />
52
Lampiran 3 :<br />
MODEL RENCANA PEMBELAJARAN<br />
Terapung Tenggelam<br />
Tujuan :<br />
o Mengamati peristiwa terapung tenggelam dalam air<br />
o Menunjukkan bahwa tenggelam terapungnya suatu benda tergantung jenis dan bentuk benda.<br />
o Menunjukkn bahwa tenggelam terapungnya suatu benda tergantung pada perbanding an jumlah<br />
penenggelam dan pengapung.<br />
Alat dan Bahan :<br />
o Tabung reaksi<br />
o Botol aqua<br />
o Kuvet<br />
o Pipet<br />
o Plastisin<br />
o Batu kerikil<br />
o Kayu<br />
o Paku besi<br />
o Gabus<br />
o Kelereng kaca<br />
o Kelereng besi<br />
o Karet pengahapus<br />
o Kubus aluminium<br />
o Pelat seng<br />
Langkah-Langkah Kegiatan Belajar Mengajar<br />
1. Motivasi :<br />
o Mengenalkan neraca Cartesius<br />
o<br />
o<br />
o<br />
o<br />
Demonstrasi neraca Cartesius<br />
Siswa menduga apa yang terjadi jika tabung aqua ditekan.<br />
Diperkenalkan definisi tenggelam terapung suatu benda dalam air.<br />
Botol aqua ditekan<br />
Tabung reaksi<br />
o<br />
2. Perumusan Masalah :<br />
Mengapa tabung reaksi tenggelam jika tabung aqua di tekan ?<br />
3. Opini :<br />
Siswa diminta memberi alasan mengapa tabung reaksi dapat tenggelam<br />
4. Percobaan :<br />
o Percobaan pertama :<br />
a) Siswa diminta memasukkan berbagai jenis benda dalam kuvet yang berisi air<br />
53
Kayu<br />
Gabus<br />
Karet<br />
Kaca<br />
Plastisin<br />
No Jenis Benda<br />
Posisi benda<br />
tenggelam Terapung<br />
1 Kayu<br />
2 Gabus<br />
3 Karet<br />
4 Kaca<br />
5 Plastisin<br />
6<br />
b) Berdasarkan hasil pengamatan siswa diminta mengisi tabel pengamatan.<br />
c) Kesimpulan : Tenggelam terapungnya benda dalam air tergantung pada jenis benda<br />
o Percobaan kedua :<br />
Kubus berongga<br />
Silinder berongga<br />
Silinder pejal<br />
Kubus pejal<br />
No<br />
Plastisin dibentuk<br />
1 Kubus berongga<br />
2 Kubus Pejal<br />
3 Silinder berongga<br />
4 Silinder Pejal<br />
5<br />
6<br />
Posisi benda<br />
tenggelam Terapung<br />
a) Persiapan, guru membuat berbagai bentuk pejal besar dan yang paling besar berongga dari<br />
bahan plastisin, Siswa di -minta menebak apa yang terjadi jika berbagai bentuk plastisin<br />
dimasukkan dalam air.<br />
b) Siswa diminta membuat bentuk lain agar tidak tenggelam dalam air<br />
c) Berdasarkan hasil pengamatan siswa diminta mengisi tabel pengamatan<br />
d) Kesimpulan : Tenggelam terapungnya benda dalam air ter-gantung pada bentuk benda<br />
o Percobaan Ketiga :<br />
54
a) Siswa diminta mengatur tabung reaksi agar mengapung, melayang, tenggelam dalam air<br />
b) Siswa akan menemukan bila tabung reaksi didisi air penuh atau sebagian akan dapat<br />
tenggelam atau mengapung atau melayang dalam air. Diskusi agar siswa menemukan<br />
penenggelam dan pengpung<br />
c) Kesimpulan :<br />
o<br />
o<br />
Udara sebagai pengapung kaca sebagai penenggelam.<br />
Dengan mengubah perbandingan penenggelam dan pengapung, benda yang tenggelam<br />
dapat diubah menjadi mengapung.<br />
o Percobaan Keempat :<br />
volume udara pada tabung reaksi jika tabung aqua di tekan.<br />
5. Kesimpulan : Berdasarkan percobaan 1 sampai 4 dapat disimpulan bahwa :<br />
o<br />
o<br />
6. Aplikasi<br />
o<br />
o<br />
7. Abstraksi<br />
a) Kesimpulan :<br />
Bila tabung<br />
aqua ditekang<br />
makin keras<br />
udara dalam<br />
tabung reaksi<br />
makin kecil,<br />
maka tabung<br />
reaksi akan<br />
Posisi kolom udara dalam tabung<br />
lebih mudah<br />
reaksi ketika tabung aqua ditekan<br />
tenggelam<br />
dalam air.<br />
a) Kembali pada neraca Cartesius dengan pengamatan yang lebih cermat pada perubahan<br />
Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis dan bentuk benda.<br />
Dengan mengatur perbandingan jumlah pengapung dan penenggelam dapat dibuat benda<br />
mengapung mengapung menjadi tenggelam atau sebaliknya.<br />
Guru menjelaskan peran gelembung pada ikan<br />
Guru menjelaskan cara kerja kapal selam<br />
o Siswa diminta menjelaskan mengapa kapal dari besi dapat terapung dalam air ?<br />
8. Konsolidasi<br />
Siswa diminta untuk menjelaskan, memperagakan botol minuman dari kaca agar terapung,<br />
tenggelam atau melayang dalam air.<br />
55
Lampiran 4 :<br />
Format Pengamatan Pembelajaran Fisika<br />
1. Rencana Pembelajaran :<br />
a RPP hasil konsultasi ya tdk<br />
b Sesuai dengan GBPP ya tdk<br />
2. Penggunaan Waktu Oleh guru<br />
a Alokasi Waktu cukup ya tdk<br />
b Waktu disia-sia kan ya tdk<br />
c Waktu sesuai rencana ya tdk<br />
3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar<br />
a Menyenangkan ya tdk<br />
b Tertekan ya tdk<br />
c Memberi perhatian ya tdk<br />
4. Mengikuti Aturan Pembelajaran<br />
a 1. Motivasi dg cerita 1 2 3 4<br />
2. Motivasi dg fenomena 1 2 3 4<br />
3. Motivasi dg eks 1 2 3 4<br />
b Menggali kemampuan awal 1 2 3 4<br />
c Perhatian pd pokok masalah 1 2 3 4<br />
d Melakukan pengamatan 1 2 3 4<br />
e Mengumpulkan data 1 2 3 4<br />
f Meenarik kesimpulan ya tdk<br />
g Menemukan konsep Fisika 1 2 3 4<br />
h Sesuai tujuan 1 2 3 4<br />
i Sesuai lingkungan siswa 1 2 3 4<br />
5. Guru Mengevaluasi hasil belajar<br />
a Sesuai tujuan pembelajaran 1 2 3 4<br />
b Memberikan PR 1 2 3 4<br />
6. Penggunaan Papan tulis<br />
a Mengikuti urutan logis 1 2 3 4<br />
b Tulisan mudah dibaca 1 2 3 4<br />
7. Penggunaan KIT / Laboratorium Fisika<br />
a Menggunakan KIT yg cocok 1 2 3 4<br />
b Merangkai alat eksperimen 1 2 3 4<br />
c Membimbing merakit alat 1 2 3 4<br />
d Membimbing eksp 1 2 3 4<br />
e Mengembalikan alat 1 2 3 4<br />
8. Penggunaan Alat Bantu Belajar Mengajar<br />
a Penggunaan alat yg relevan 1 2 3 4<br />
b Penggunaan buku yg lain 1 2 3 4<br />
c Penggunaan sumber lain 1 2 3 4<br />
9. Interaksi Selama Pelajaran<br />
a Pertanyaan yg relevan 1 2 3 4<br />
b Pertanyaan bervariasi 1 2 3 4<br />
c Memberikan penguatan 1 2 3 4<br />
d Memberi umpan balik 1 2 3 4<br />
10. Metode Mengajar<br />
a Berpusat pada siswa 1 2 3 4<br />
b Memberi tugas untsiswa 1 2 3 4<br />
c Merangsang interaksi siswa 1 2 3 4<br />
56
11. Penjelasan Guru :<br />
a Bahasa jelas dan sederhana 1 2 3 4<br />
b Contoh relevan 1 2 3 4<br />
12. Jawaban Siswa :<br />
a Siswa menjawab bersama 1 2 3 4<br />
b Siswa melengkapi kalimat 1 2 3 4<br />
c Siswa melengkapi suku kata 1 2 3 4<br />
13. Pergetahuan Konsep Fisika Guru :<br />
a Sesuai perkembangan ilmu 1 2 3 4<br />
b Mengandung miskonsepsi 1 2 3 4<br />
c Dpt meghubungkan konsep 1 2 3 4<br />
14. Tingkah Laku Guru :<br />
a Antusias 1 2 3 4<br />
b Suara jelas tak monoton 1 2 3 4<br />
c Penampilan 1 2 3 4<br />
57
Lampiran 5 :<br />
Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran<br />
Fisika Di Kelas<br />
1. Rencana Pembelajaran :<br />
a. Tanyakan apakah pelajaran dipersiapkan sesuai hasil konsultasi<br />
b. Tanyakan apakah persiapan guru sesuai dengan GBPP<br />
2. Penggunaan Waktu Oleh Guru :<br />
a. Amati kriteria tertentu, misal pelajaran tidak selesai atau kriteria lain yang menunjuk<br />
kan waktu yang disediakan cukup atau kurang<br />
b. Jawab YA jika guru membicarakan hal-hal yang tidak penting dan tidak relevan<br />
c. Jawab YA jika pelajaran tepat waktu dan sesuai tujuan<br />
3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar :<br />
a. Jawab YA jika interaksi guru dan siswa dalam kelas menyenangkan; Misalnya<br />
berindikasi bahwa guru tidak mengabaikan pendapat anak, memberi penghargaan pada<br />
pendapat anak dan selingan humor yang sehat<br />
b. Amati apakah guru menyuruh anak cepat menjawab pertanyaan, selalu<br />
membandingkan prestasi anak, mengolok atau tindakan lain sehingga anak menjadi<br />
cemas tidak aman dan sebagainya<br />
c. Amati perilaku guru mengenai pembagian giliran menyelesaikan pertanyaan atau<br />
tugas pada siswa, apakah hanya siswa tertentu atau seluruh siswa<br />
4. Mengikuti Aturan Pembelajara :<br />
a. 1/2/3 pilih salah satu cara guru memberi motivasi siswa yang paling dominan Ialah (1)<br />
bercerita (2) Fenomena (3) Ekperimen<br />
b. Perhatikan, apakah guru menggunakan pengetahuan awal siswa untuk memulai dan<br />
mengembangkan pembel-ajarannya<br />
c. Amati, apakah guru selalu mengarahkan siswa pada masalah pokok ? Misal dengan<br />
demostrasi, eksperimen atau membawa sesuatu yang dibawa guru dalam kelas selalu<br />
dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa mengikuti pelajaran.<br />
d. Amati, apakah guru membimbing siswa mengamati semua aspek yang relevan dan<br />
berusaha melibatkan semua siswa melakukan pengamatan yang relevan<br />
e. Amati, apakah guru membimbing siswa merekam data hasil pengamatan yang<br />
relevan, lengkap; Misal mengisi tabel, membuat gambar, menggolongkan dsb.<br />
f. Amati, apakah guru membimbing siswa memberi arti pada data hasil pengamatan anak<br />
dalam pembelajaran.<br />
g. Jawab YA, jika langkah pembelajaran guru sesuai dengan konsep Fisika.<br />
h. Amati, apakah langkah-langkah pembelajaranm guru cocok untuk mencapai tujuan<br />
pembelajaran secara utuh atau hanya sebagian saja.<br />
i. Amati, apakah pembelajaran yang dilakukan guru berhubungan dengan lingkungan<br />
dan kehidupan sehari hari yang dialami siswa<br />
5. Guru mengevaluasi Hasil Belajar :<br />
a. Amati, apakah evaluasi/assesmen yang dilakukan guru sesuai tujuan<br />
b. Amati, apakah guru memberi tugas rumah yang relevan dan menarik pada siswa<br />
6. Penggunaan Papan Tulis :<br />
a. Amati, apakah guru menggunakan papan tulis secara efisien, ialah tertulis informasi<br />
teratur, runut sesuai urutan yang logis untuk dapat dicatat oleh siswa<br />
b. Amati, apakah tulisan guru di papan tulis dapat terbaca, menarik dan bermakna.<br />
7. Penggunaan KIT / Peralatan Laboratorium :<br />
a. Amati, apakah guru selalu menggunakan komponen KIT yang cocok.<br />
b. Amati, apakah guru dapat merangkai alat secara cepat, benar atau lambat, salah.<br />
58
c. Amati, apakah guru membimbing siswa merangkai alat eksperimen. Misal menunjuk<br />
kan cara, kemudian menyuruh atau menuntun siswa melakukan sendiri.<br />
d. Amati, apakah guru membimbing siswa melakukan eksperimen dengan benar, tuntas<br />
dan logis yang memungkinkan adanya variasi percobaan.<br />
e. Amati, apakah guru mengembalikan semua peralatan ke tempat secara benar, bersih<br />
dan kering.<br />
8. Penggunaan Alat bantu belajar mengajar :<br />
a. Amati, apakah guru menggunakan alat / bahan eksperimen lain selain KIT yang<br />
relevan dengan eksperimen yang dilakukan.<br />
b. Amati, apakah guru menggunakan sumber lain selain Buku Fisika, misal koran.<br />
c. Amati, apakah guru menggunakan Buku Fisika lain dan Buku apa saja<br />
9. Interaksi Selama Pelajaran :<br />
a. Perkirakan berapa kali guru mengajukan pertanyaan yang relevan. Apakah pertanyaan<br />
menstimulasi anak untuk berpikir dan tidak hanya pertanyaan ingatan.<br />
b. Amati, apakah guru hanya menggunakan satu macam atau beberapa pertanyaan yang<br />
berupa menggali, menuntun, menegaskan dan sebagainya.<br />
c. Amati, apakah guru memberi penguatan, misal dengan memberi pujian<br />
d. Amati, apakah guru memberi umpan balik terhadap kesalahan siswa, misal membantu<br />
membetulkan atau memberi tugas untuk mencari yang benar dsb<br />
10. Metode mengajar :<br />
a. Amati, apakah guru memberi berbagai aktivitas kepada siswa untuk menemukan<br />
sendiri<br />
b. Amati, apakah guru memberi tugas pada siswa.<br />
c. Amati, apakah guru merangsang siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya<br />
selama pembelajaran<br />
11. Penjelasan Guru :<br />
a. Amati, apakah guru menggunakan bahasa jelas, sederhana mudah dimengerti<br />
b. Amati, apakah guru menggunakan contoh yang relevan pada penjelasan pembelajaran<br />
12. Jawaban Siswa :<br />
a. Amati, berapa banyak perilaku siswa menjawab secara bersama.<br />
b. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi kalimat guru.<br />
c. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi satu kata guru<br />
13. Pengetahuan Guru :<br />
a. Amati, apakah guru memiliki informasi yang cukup tentang perkembangan Fisika<br />
yang mutakhir pada saat memberi contoh pembelajaran Fisika.<br />
b. Amati, apakah guru memberi informasi yang miskonsepsi.<br />
c. Amati, apakah guru dapat menghubungkan konsep dengan konsep lain.<br />
14. Tingkah laku Guru :<br />
a. Amati, apakah guru antusias dalam mengajar.<br />
b. Amati, apakah suara guru jelas dan tidak monoton.<br />
c. Amati, apakah penampilan guru rapi, berkomunikasi dsb<br />
59