indonesia arbitration - Bani
indonesia arbitration - Bani
indonesia arbitration - Bani
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Court Interventions In<br />
International Arbitration -<br />
Indonesia Experience<br />
A b s t r A k<br />
INDONESIA ARBITRATION - Quarterly Newsletter No. 4/2008<br />
� M. Husseyn Umar<br />
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 (UU Arbitrase) menetapkan<br />
bahwa adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para<br />
pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa ke Pengadilan Negeri (PN)<br />
dan PN wajib menolak penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui<br />
arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu. Campur tangan PN dibatasi<br />
untuk hal-hal tertentu, misalnya pengangkatan arbiter dalam hal para<br />
pihak gagal mencapai kesepakatan dan adanya kebutuhan akan penyitaan<br />
terhadap aset dalam putusan sela. Pembatalan putusan arbitrase hanya<br />
dapat dilakukan untuk hal-hal yang menyangkut penggunaan dokumen<br />
palsu, dokumen penting yang disembunyikan dan putusan berasal dari<br />
hasil tipu muslihat.<br />
UU Arbitrase ini tidak menetapkan aturan khusus untuk arbitrase<br />
internasional. yakni putusan-putusan yang dibuat oleh lembaga arbitrase/<br />
arbitrase adhoc yang berada di luar jurisdiksi Pemerintah RI atau putusan<br />
arbitrase internasional yang diakui, yakni dari negara-negara yang<br />
meratifikasi Konvensi New York 1958 dan tidak bertentangan dengan<br />
kebijakan publik. Pasal 65 menetapkan bahwa hanya PN Jakarta Pusat<br />
yang berwenang menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan<br />
arbitrase internasional.<br />
Selanjutnya, dalam UU Arbitrase, Indonesia tidak mengakomodasi<br />
keseluruhan dari Artkel V Konvensi NY. Namun demikian, dalam putusan<br />
perkara Karaha Bodas lawan Pertamina Mahkamah Agung (MA)<br />
telah mengacu pada Artikel V tersebut, yang dapat ditafsirkan bahwa<br />
pembatalan putusan arbitrase internasional hanya dapat dilakukan oleh<br />
otorita yang berkompeten berdasarkan undang-undang di mana putusan<br />
ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pembatalan putusan dalam<br />
Pasal 70 hanya diberlakukan untuk putusan-putusan yang ditetapkan di<br />
Indonesia. Meskipun Indonesia telah meratifikasi Konvensi NY, umumnya