Indonesia Bukit Asam expands sales and facilities STATE-OWNED coal miner PT Bukit Asam, which operates mines in South Sumatra and East Kalimantan, intends to increase coal sales this year by 25% to 20 million tonnes and expects to benefit from higher average selling prices. To facilitate expan<strong>di</strong>ng sales, the company has set aside Rp2.5 trillion (US$258.13 million), inclu<strong>di</strong>ng a Rp1.5 trillion port expansion at Tarahan in Lampung province and a US$18 million upgra<strong>di</strong>ng of loa<strong>di</strong>ng facilities at Kertapati port in Pelambang, South Sumatra. Bukit Asam’s president <strong>di</strong>rector Milawarma says the production increase is intended to meet growing coal demand, especially from foreign markets. <strong>The</strong> company’s exports are <strong>di</strong>rected China, Hong Kong, In<strong>di</strong>a, Japan, Malaysia, the Philippines, Taiwan and Vietnam. It hopes exports will grow to reach 50% of total revenues from the current 45%. He says the company will this year focus on exporting high-calorie coal, with a caloric value above 6000, as it provides better profit margins. “Japan needs high-calorie coal for its technology and because that coal produces low dust.” PT Bukit Asam has assembled an impressive team to advance its energy projects in Indonesia. However, the company will continue exporting low-calorie coal to In<strong>di</strong>a. Milawarma says the Tarahan terminal expansion is one of important programs needed to achieve the company’s targets. <strong>The</strong> expansion means construction of a new ship loader and a new dock, and the purchase of four new rotary car dumper (RCD) units. <strong>The</strong> expansion will mean the port can manage large vessels and increase its annual capacity to between 22 million and 25 million tonnes from 15 million. By accommodating large vessels, the company also hopes to reduce overseas freight costs as Tarahan functions as point of origin for exports to China, In<strong>di</strong>a, Japan, Taiwan and Vietnam. “<strong>The</strong> bigger the vessel, the cheaper the cost will be. We may be able to reduce the freight costs to China, for example, by $3 per tonne. <strong>The</strong> reduction will certainly benefit us,” Milawarma says. To support the Tarahan port, Bukit Asam is constructing a US$29.1 million coal-fired power plant, with capacity of 2x8MW. <strong>The</strong> plant is slated to begin operations in the second half of <strong>2013</strong>. It is also increasing the capacity of the railroad used to transport coal from its Tanjung Enim concession in South Sumatra to Tarahan. Bukit Asam says it has saved about Rp75 billion by developing its own coal handling facility (CHF) at Kertapati. <strong>The</strong> project was managed by its own employees. “If we buy a CHF, it costs around Rp90 billion, but it only costs Rp15 billion to build ourselves,” says corporate secretary Joko Pramono. “<strong>The</strong> CHF is part of the Kertapati Port renovation. <strong>The</strong> refurbishment is expected to increase port capacity to annually accommodate 2.7 million tonnes of coal.” Bukit Asam tingkatkan pemasaran dan sarana-sarananya PERUSAHAAN tambang batubara milik negara PT Bukit Asam yang mengelola beberapa tambang <strong>di</strong> Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur berencana meningkatkan 25% penjualan batubara tahun ini ke 20 juta ton dan mengharapkan keuntungan dari harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi. Perusahaan telah menye<strong>di</strong>akan Rp2,5 triliun (AS$258.13 juta) termasuk Rp1,5 triliun untuk pengembangan pelabuhan <strong>di</strong> Tarahan, Propinsi Lampung dan AS$ 18 juta peningkatan sarana bongkar muat <strong>di</strong> pelabuhan Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan. Dirut Bukit Asam Milawarma menyatakan bahwa peningkatan produksi <strong>di</strong>rmaksudkan untuk memenuhi peningkatan permintaan terutama dari pasaran-pasaran luar negeri. Perusahaannya mengekspor ke Cina, Hong Kong, In<strong>di</strong>a, Jepang, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam. Diharapkan ekspor akan mencapai 50% dari hasil pendapatan yang pada waktu ini berjumlah 45%. Ia mengatakan bahwa perusahaannya akan memfokuskan <strong>di</strong>ri pada ekspor batubara berkalorifik tinggi (<strong>di</strong>atas 6000) karena ini mendatangkan keuntungan yang lebih baik. “Jepang memerlukan batubara berkalorifik tinggi untuk teknologinya dan karena batubara tersebut mengeluarkan kadar abu yang rendah”. Namun perusahaan akan <strong>terus</strong> mengekspor batubara berkalorifik rendah ke In<strong>di</strong>a. Milawarma mengatakan bahwa pengembangan pelabuhan Tarahan adalah salah satu program penting bagi mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Ini menyangkut konstruksi loader dan dock baru serta pembelian empat pembongkar gerbong putar (rotary car dumper (RCD)). Dengan demikian pelabuhan dapat mengelola kapal-kapal besar yang akan meningkatkan kapasitas dari 15 ton ke antara 22 sampai 25 juta ton setahun. Perusahaan juga mengharapkan ongkos pengangkutan keluar negeri akan berkurang dengan pengelolaan kapal-kapal besar sehingga Tarahan berfungsi sebagai titik mula ekspor ke Cina, In<strong>di</strong>a, Jepang, Taiwan dan Vietnam. “Lebih besar kapalnya lebih murah ongkosnya. Sebagai contoh, kita dapat mengurangkan ongkos-ongkos pengangkutan ke Cina dengan $3 per ton. Pengurangan ini pasti menguntungkan kami.” Kata Milawarma. Bagi menunjang operasi pelabuhan Tarahan, Bukit Asam sedang membangun pembangkit tenaga listrik berkapasitas 2 x 8 MW menggunakan bahan bakar batubara yang <strong>di</strong>harapkan bermula operasi pada pertengahan kedua <strong>2013</strong>. Ia juga akan meningkatkan kapasitas pengangkutan keretapi untuk batubara dari konsesi Tanjung Enim nya in Sumatera Selatan ke Tarahan. Bukit Asam menyatakan bahwa dengan membangun sen<strong>di</strong>ri sarana penanganan batubaranya <strong>di</strong> Kertapati ia telah menghemat kira-kira Rp75 milyar. Proyek tersebut <strong>di</strong>kelola oleh staff mereka sen<strong>di</strong>ri. “Untuk membeli CHF akan memakan ongkos Rp90 milyar sedangkan membangunnya sen<strong>di</strong>ri hanya memakan biaya Rp15 milyar,” kata Joko Pramono, Sekretaris eksekutif. “CHF adalah bagian dari renovasi Pelabuhan Kertapati. Pembaruan ini <strong>di</strong>harapkan meningkatkan kapasitas pelabuhan ke 2,7 juta ton batubara setahun” katanya. D 6 l Coal Age Indonesia l April <strong>2013</strong>
DETAILS: INDONESIA: Dimas Ab<strong>di</strong>llah - dab<strong>di</strong>llah@mining-me<strong>di</strong>a.com T +62 819 3263 9000; Sartika Anggraini - sartika@lagunagroup.net AUSTRALIA: Lanita Idrus - lidrus@mining-me<strong>di</strong>a.com T +61 3 9899 2981 or +61 417 517 863