10.08.2013 Views

The conservation of tigers and other wildlife in oil palm plantations

The conservation of tigers and other wildlife in oil palm plantations

The conservation of tigers and other wildlife in oil palm plantations

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

RINGKASAN<br />

Konservasi satwa liar tradisional umumnya hanya terpusat pada kawasan-kawasan<br />

l<strong>in</strong>dung, yaitu satu bentuk pengelolaan utama dari upaya konservasi di kebanyakan<br />

negara. Ketika kawasan-kawasan tersebut begitu sangat pent<strong>in</strong>g bagi keberhasilan<br />

konservasi, dengan terbatasnya ukuran, penempatan, keterisolasian dan pengelolaan,<br />

maka bagi banyak spesies sistem kawasan l<strong>in</strong>dung seperti <strong>in</strong>i amat menjadi pembatas<br />

dan sangat tidak cukup. Pada banyak kasus, lahan di luar kawasan-kawasan<br />

konservasi juga memiliki nilai konservasi. Meski kualitasnya jarang menyerupai<br />

dengan apa yang dijumpai di kawasan konservasi, namun dengan memanfaatkan<br />

potensi konservas<strong>in</strong>ya dapat membantu mengatasi permasalahan pada sistem<br />

kawasan l<strong>in</strong>dung. Bagi spesies tertentu, khususnya spesies-spesies yang secara<br />

alamiah hidup pada populasi yang sangat rendah, dukungan seperti <strong>in</strong>i dapat<br />

mengh<strong>in</strong>darkan kepunahan serta memberi peluang pada mereka untuk<br />

mempertahankan hidup.<br />

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang pal<strong>in</strong>g beragam kehidupan<br />

hayat<strong>in</strong>ya. Namun, meskipun memiliki sistem kawasan perl<strong>in</strong>dungan yang luas,<br />

banyak spesies-spesiesnya yang sedang dalam penurunan. Bentang alam komersial<br />

mendom<strong>in</strong>asi kawasan-kawasan non-l<strong>in</strong>dung di Indonesia, dengan <strong>in</strong>dustri kelapa<br />

sawit – terutama mengikuti perm<strong>in</strong>taan akan bi<strong>of</strong>uel akhir-akhir <strong>in</strong>i – sebagai sektor<br />

yang pal<strong>in</strong>g cepat tumbuh dan merupakan penyebab pal<strong>in</strong>g utama yang menjadi<br />

perhatian para aktivis l<strong>in</strong>gkungan. Meski banyak perdebatan yang menentang<br />

perluasannya, peran yang semak<strong>in</strong> pent<strong>in</strong>g dari kelapa sawit, baik dalam ekonomi<br />

Indonesia maupun dunia, telah memastikan bahwa kelapa sawit akan menjadi bagian<br />

yang signifikan dari bentang alam di masa depan. Apabila dampak l<strong>in</strong>gkungan dari<br />

tanaman <strong>in</strong>i akan dikurangi h<strong>in</strong>gga taraf yang berarti, pada t<strong>in</strong>gkat dimana kelapa<br />

sawit dan keanekaragaman hayati dapat hidup bersama, maka mekanismemekanisme<br />

yang memungk<strong>in</strong>kan hal tersebut terjadi harus dikaji. Dalam laporan <strong>in</strong>i<br />

kami mengkaji bagaimana perkebunan sawit mungk<strong>in</strong> mema<strong>in</strong>kan suatu peran dalam<br />

konservasi satwa liar di Sumatera, Indonesia. Studi difokuskan pada harimau serta<br />

mammalia besar terestrial la<strong>in</strong>nya, yang hidup di dalam dan sekitar satu konsesi<br />

perkebunan sawit di Sumatera bagian tengah, yaitu suatu kawasan yang terdiri atas<br />

lahan-lahan hutan kecil yang terdegradasi, lahan-lahan semak yang tidak ditanami,<br />

dan tanaman sawit itu sendiri. Analisis men<strong>in</strong>jau pada kebertahanan hidup spesies<br />

pada t<strong>in</strong>gkat bentang alam (termasuk habitat-habitat berhutan yang terhubung<br />

dengan perkebunan), kemudian pada t<strong>in</strong>gkat konsesi perkebunan (termasuk lahanlahan<br />

yang tidak ditanami yang ada di dalamnya), dan akhirnya pada kebertahanan<br />

hidup spesies di dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri.<br />

Hasil menunjukan bahwa tanaman monokultur kelapa sawit merupakan habitat yang<br />

sangat misk<strong>in</strong> bagi kebanyakan spesies mamalian terestrial. Hanya 4 spesies (10% dari<br />

jumlah yang ditemukan pada bentang alam) yang umum ditemukan dalam lahan<br />

tanaman sawit, dan tidak satupun dari spesies-spesies tersebut memiliki nilai konservasi<br />

t<strong>in</strong>ggi. Derajat ketidak-sukaan terhadap lahan tanaman sawit yang ditunjukan oleh<br />

mammalia-mammalia la<strong>in</strong>nya bervariasi. Spesies-spesies yang pal<strong>in</strong>g terancam,<br />

termasuk harimau, tapir, macan dahan, dan anj<strong>in</strong>g hutan, tidak pernah ditemukan di<br />

lahan kelapa sawit. Beberapa spesies, termasuk rusa, monyet dan trenggil<strong>in</strong>g<br />

menunjukan toleransi yang terbatas, tetapi (dengan pengecualian babi hutan), semua<br />

spesies menunjukan suatu kesukaan yang umum terhadap habitat-habitat non-sawit.<br />

Bagaimanapun, banyak spesies yang tetap bertahan hidup di sekitar lahan kelapa sawit,<br />

memanfaatkan tipe-tipe habitat yang terdapat di dalam matrix bentang alam. Survey<br />

pada keseluruhan bentang alam di sekitar tanaman sawit menyatakan bahwa terdapat<br />

38 spesies mammalia berukuran sedang dan besar, yang 25 spesies di antaranya<br />

dil<strong>in</strong>dungi undang-undang, dan 18 di antaranya termasuk dalam daftar merah (red list)<br />

IUCN, termasuk harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, IUCN: Kritis atau Critically<br />

Endangered). 90% dari jumlah spesies tersebut juga ditemukan pada daerah yang<br />

sangat terdegradasi, yaitu areal di dalam konsesesi perkebunan yang tidak ditanami.<br />

Banyak di antara spesies-spesies itu sebelumnya diduga sangat tidak toleran terhadap<br />

habitat yang terganggu, namun kebanyakan menunjukan bukti bahwa spesies-spesies<br />

Wildlife <strong>conservation</strong> <strong>in</strong> <strong>oil</strong> <strong>palm</strong> <strong>plantations</strong> 3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!